sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Nasib IHSG dan rupiah usai terpukul krisis Turki

Krisis Turki menyeret Indeks harga saham gabungan (IHSG) ambrol 3,55% dan rupiah turut terjungkal nyaris 1% sepanjang hari ini.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Senin, 13 Agst 2018 23:07 WIB
Nasib IHSG dan rupiah usai terpukul krisis Turki

Krisis Turki menyeret Indeks harga saham gabungan (IHSG) ambrol 3,55% dan rupiah turut terjungkal nyaris 1% sepanjang hari ini.

Pada perdagangan awal pekan, Senin (13/8), IHSG ditutup anjlok 3,55% sebesar 215,93 poin ke level 5.861,24. IHSG mencatat koreksi terdalam di antara pasar-pasar modal utama dunia.

Seluruh sektor berakhir di zona merah dengan koreksi terdalam terjadi pada sektor pertambangan yang melorot 4,98%. Disusul oleh sektor keuangan yang ambrol 4,16% dan industri kimia dasar yang merosot 4,03%.

Total volume transaksi bursa hari ini mencapai 8,74 miliar saham dengan nilai transaksi Rp7,54 triliun. Sebanyak 366 saham melemah. Masih ada 52 saham yang naik dan sebanyak 88 saham stagnan.

Pelaku pasar asing mencatat aksi jual bersih senilai Rp646,88 miliar. Sejak awal tahun, investor asing membukukan total net sell senilai Rp49,4 triliun.

Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan pelemahan indeks masih dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni krisis finansial Turki yang timbul akibat penerapan kenaikan tarif baja dan aluminium serta tidak adanya langkah preventif dari otoritas Turki.

Hal ini menyebabkan terjadinya depresiasi lira yang besar terhadap dollar Amerika Serikat. Keadaan tersebut juga mempengaruhi depresiasi rupiah dan sempat menyentuh level Rp14.699,8 per dollar AS. Di sisi lain, sentimen positif dari dalam negeri masih minim.

"Minimnya sentimen positif dari dalam negeri, apalagi melebarnya CAD hingga 3% dari PDB turut menekan IHSG," kata dia kepada Alinea.id, Senin (13/8).

Sponsored

Terpisah, Analis PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Suryawijaya memproyeksikan, IHSG akan berada pada level 5.841-6.117. "Potensi rebound masih ada," imbuhnya.

Sementara itu, nilai tukar rupiah di pasar spot dikutip dari Bloomberg, Senin (13/8) menunjukkan depresiasi yang cukup dalam. Rupiah melemah 0,9% ke level Rp14.608 per dollar AS. Bahkan, rupiah sempat menyentuh Rp14.617 per dollar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore, bergerak melemah sebesar 124 poin menjadi Rp14.610 dibanding sebelumnya Rp14.486 per dollar AS.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong mengatakan, sentimen eksternal mengenai krisis keuangan di Turki berdampak negatif bagi mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah.

"Kekhawatiran pelaku pasar terhadap ekonomi Turki berimbas negatif pada negara berkembang lainnya, seperti Indonesia. Di tengah situasi itu pelaku pasar cenderung mengamankan aset-asetnya dan berpindah ke aset safe haven," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, sentimen mengenai data defisit neraca transaksi berjalan Indonesia pada triwulan kedua 2018 yang mengalami kenaikan turut direspon negatif pelaku pasar uang di dalam negeri.

Bank Indonesia mencatat, defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2018 mencapai US$8 miliar atau 3% dari PDB, lebih tinggi dibandingkan defisit triwulan sebelumnya sebesar US$5,7 miliar (2,2% dari PDB).

Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan depresiasi rupiah terimbas dengan kejatuhan mata uang lira Turki seiring tingginya defisit neraca transaksi berjalan yang tercatat sebesar 5,5% di semester pertama 2018, menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.

Selain itu, lanjut dia, kenaikan tarif yang dikenakan AS atas produk eskpor Turki seperti alumunium dan baja masing-masing sebesar 20% dan 40% menjadi faktor fundamental yang mendorong kejatuhan mata uang lira.

"Berbagai hal tersebut mendorong arus modal keluar dari Turki dan berdampak pada negara-negara emerging market lainnya," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (13/8), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.583 dibanding sebelumnya (10/8) di posisi Rp14.437 per dollar AS.

 

Sumber: Antara

Berita Lainnya
×
tekid