sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pandemi tak menyurutkan minat investor berinvestasi di startup lokal

Setidaknya ada tiga startup lokal yang mendapatkan suntikan dana dari investor asing dalam dua bulan terakhir.

Hermansah
Hermansah Rabu, 17 Jun 2020 08:34 WIB
Pandemi tak menyurutkan minat investor berinvestasi di startup lokal

Pandemi Corona-19 yang mewabah di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, ternyata tidak menyurutkan minat investor menyuntikkan dananya ke startup lokal. Buktinya, dalam dua bulan terakhir beberapa startup lokal mendapatkan suntikan dana dari investor asing.

Pada 12 Mei 2020, startup ritel Kopi Kenangan, telah mengumpulkan pendanaan Seri B senilai US$109 juta. Investor baru pada pendanaan ini termasuk B Capital, Horizons Ventures, Verlinvest, Kunlun, Sofina, serta investor pendanaan awal Kopi Kenangan yang kembali ikut serta dalam pendanaan seri B, Alpha JWC.

Beberapa hari berselang, tepatnya pada 14 Mei 2020. Accion Venture Lab, inisiatif dari Accion khusus untuk pendanaan seed-stage (tahap awal) startup finansial teknologi inklusif, mengumumkan telah mendanai Pintek, perusahaan finansial teknologi peer-to-peer lending di Indonesia yang berfokus pada akses pembiayaan untuk siswa dan institusi pendidikan, guna meningkatkan akses pendidikan dan kualitas pendidikan di Indonesia.

Kemudian pada 3 Juni 2020, giliran Gojek mengumumkan Facebook dan PayPal resmi menjadi investor di dalam penggalangan dana perseroan. Selain itu, di penggalangan dana putaran yang sama, Google dan Tencent kembali menambah investasi setelah kedua perusahaan itu menanamkan investasi di Gojek pada penggalangan dana putaran sebelumnya. Bergabungnya Facebook dan PayPal sebagai investor, menyusul Google dan Tencent, mendukung Gojek dalam misi mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara, dengan fokus pada layanan pembayaran dan keuangan.

Menurut peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda, masuknya sejumlah investor di startup pada saat pandemi menandakan belum hilangnya kepercayaan investor terhadap prospek bisnis startup dalam negeri.

"Pandemi ini pasti akan memengaruhi minat investor. Namun tampaknya dengan pasar konsumen Indonesia yang masih besar dan berpotensi, bisa memperbaiki minat investor di tengah ekonomi yang menurun," ucap dia saat dihubungi Alinea.id, Selasa (16/6).

Jikapun tidak, Indef memperkirakan modal ventura asing dan lokal akan melihat struktur keuangan dari startupnya terlebih dahulu sebelum berinvestasi. Jika startup tersebut memiliki biaya yang besar untuk pegawai, mungkin akan sulit mancari pendanaan lewat modal ventura. 

Itulah sebabnya harapan memeroleh pendanaan masih sangat terbuka. Buktinya dalam dua bulan terakhir, sejumlah perusahaan rintisan telah mengumumkan mendapatkan suntikan pendanaan. Khususnya pada perusahaan rintisan yang bergerak di sektor ecommerce dan fintech

Sponsored

"Pertumbuhan ecommerce selama pandemi ini cukup bagus. Kebutuhan orang enggak bisa ditunda. Makanya transaksi akan terus jalan pada ecommerce. Malah mungkin semakin meningkat," ucap dia.

Fintech juga memiliki prospek yang bagus. Mengingat kebutuhan pendanaan yang masih tinggi namun terkendala social distancing. Maka solusinya adalah pendanaan minim kontak seperti fintech, baik itu lending dan crowdfunding.

Selain itu, ada beberapa startup yang berpotensi akan naik di masa pandemi ini dan pemainnya masih minim di Indonesia, yaitu blockchain. Startup di sektor ini, diyakini akan mendulang investasi yang besar ke depannya.

"Investor melihat dalam pandemi ini penjualan barang secara daring meningkat. Salah satunya Gojek lewat layanan GoFood dan Kopi Kenangan sebagai salah satu tenant di Gojek. Bisnis antar makanan seperti GoFood atau barang seperti ecommerce akan laris manis ke depannya. Mungkin ini yang menjadi alasan kenapa masih diminati oleh investor. Terlebih sektor makanan dan minuman masih besar potensinya di Indonesia," papar dia.

Keputusan investor tersebut, tentu tidak terlepas dari respons cepat startup dalam menghadapi pandemi. Sehingga investor percaya investasi yang dilakukan, dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Kopi Kenangan misalnya, mengaku beradaptasi cepat dalam menanggapi situasi terkini dan menjadi salah satu brand pertama yang merespons pandemi Covid-19 di Indonesia dengan menyediakan masker wajah, hand sanitizer, serta alat pelindung untuk pelanggan dan karyawan di toko, juga menerapkan pemeriksaan suhu dan memberikan kartu kesehatan di setiap pengiriman. 

Kopi Kenangan juga merupakan perusahaan F&B satu-satunya di Indonesia yang menyediakan UV Sterilizer di seluruh gerainya untuk memastikan peralatan yang digunakan steril dan aman. Selain itu, Kopi Kenangan juga telah bekerja sama dengan berbagai instansi pemerintah dan organisasi kesehatan untuk menyediakan Alat Pelindung Diri (APD), donasi, serta kopi gratis bagi tenaga medis di lebih dari 121 rumah sakit di berbagai wilayah Indonesia.

"Kita sedang menghadapi krisis eksistensial terbesar di generasi ini," kata Edward Tirtanata, salah satu pendiri dan CEO Kopi Kenangan dalam keterangan tertulisnya.

"Sulit untuk mengetahui kapan industri-industri di Indonesia akan kembali normal, dan nanti, meski keadaan mulai membaik, bisnis akan menjadi sangat berbeda. Sebagai startup yang sedang tumbuh, kami beradaptasi dengan cepat terhadap tantangan ini melalui penjualan tanpa kontak dan standar kebersihan yang kami junjung tinggi di seluruh toko kami. Kesejahteraan karyawan adalah prioritas dan kami berinvestasi dalam keselamatan mereka dengan meningkatkan manfaat kesehatan serta memberikan lebih banyak pelatihan untuk membantu mereka mengatasi perubahan besar ini,” papar dia.

Mungkin itulah sebabnya firma modal ventura yang berbasis di Singapura Beenext percaya, inovasi yang dilakukan startup akan terus tumbuh, sejalan oleh pertumbuhan digitalisasi yang cepat di dunia pasca-Covid-19.

Founder & Managing Partner Beenext Teruhide Sato, mengakui, Covid-19 telah memengaruhi setiap aspek bisnis global, tetapi para founder startup tetap memacu kinerja perusahaannya, tanpa adanya batasan. Tidak hanya sekedar berpikir untuk bertahan saja, melainkan juga terus mengupayakan agar berkembang di industrinya.

“Semangat para founder startup yang tak henti ini, menandakan solusi untuk bangkit pasca-Covid-19 berasal dari mereka sendiri. Kami selalu percaya dalam membangun bisnis bersama dengan founder dan sesama coinvestor lokal, dapat memberikan dampak berkesinambungan yang lebih bagus. Kami terus menciptakan dan tumbuh bersama dengan lebih banyak para founder startup,” ujar Teruhide Sato dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/06).

Itulah sebabnya Teruhide mengaku belum berencana menghentikan keterlibatannya di 45 startup di Asia Tenggara dan Jepang. Termasuk perusahaan P2P lending Akseleran, Zilingo, Sendo, Trusting Social, Ralali, Amartha, Dekoruma, Mekari, Zenius, Sentient, dan perusahaan HR SaaS terbesar di Jepang, SmartHR. Sebaliknya, selaku investor, Beenext akan terus memainkan peran kunci sebagai mitra untuk menciptakan bisnis yang kuat di luar komitmen moneter. 

Berita Lainnya
×
tekid