sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pefindo: Rupiah lemah bakal berdampak pada emiten

Pefindo merinci pelemahan rupiah hingga lebih dari Rp15.000 per dollar Amerika Serikat dapat berdampak pada kinerja emiten.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Rabu, 17 Okt 2018 23:23 WIB
Pefindo: Rupiah lemah bakal berdampak pada emiten

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) merinci pelemahan rupiah hingga lebih dari Rp15.000 per dollar Amerika Serikat dapat berdampak pada kinerja emiten.

Bank Indonesia mencatat, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR mencapai Rp15.000 per dollar AS, pertama kali terjadi pada 3 Oktober 2018. Hingga saat ini kurs rupiah masih menyentuh Rp15.000 per dollar AS.    

Head of Financial Institution Rating Division Pefindo Hendro Utomo mengatakan potensi yang akan dialami oleh perusahaan tersebut yakni peningkatan biaya produksi dan menurunkan laba serta marjin profitabilitas. Pasalnya, perusahaan juga berat menaikan harga jual produk lantaran persaingan dengan kompetitor perusahaan sejenis.

"Pelemahan rupiah juga akan meningkatkan nilai utang dan bunga yang harus dibayar bagi perusahaan yang memiliki utang dalam mata uang asing, sehingga berdampak pada penurunan laba bersih," kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (17/10).

Lebih lanjut, risiko gagal bayar juga akan meningkat bila utang yang akan jatuh tempo belum dilakukan dilindung nilai atau hedging.

"Ada beberapa karakteristik perusahaan yang cukup mengalami dampak dari pelemahan rupiah tersebut," ungkapnya.

Pertama, yakni perusahaan yang memiliki sebagian besar bahan baku yang diimpor dan sebagian besar pendapatan berasal dari lokal misalnya di sektor farmasi, makanan dan minuman hingga sektor yang menggunakan bahan baku dari plastik.

Selanjutnya, perusahaan yang memiliki barang dagang yang diimpor dan pendapatan dalam rupiah, contohnya di sektor ritel barang impor, sektor perdagangan dan distribusi ponsel.

Sponsored

"Kedua perusahaan yang sebagian besar barang modal diimpor dan pendapatan dalam rupiah misalnya sektor konstruksi dan ketenagalistrikan. Ketiga perusahaan yang memiliki utang dalam mata uang asing namun tidak ada lindung nilai sedangkan pendapatan sebagian besar dalam rupiah," ujar Hendro.

Selain itu, Pefindo juga melihat karakteristik perusahaan yang akan terdampak akibat kenaikan suku bunga terutama di sektor properti.

Kenaikan suku bunga dinilai mempengaruhi permintaan properti terutama di sektor residensial yang menggunakan fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) dan ikut terdampak pada pra penjualan (marketing sales).

Adapun, perusahaan yang memiliki sebagian besar utang dengan tingkat suku bunga mengambang akan mengalami kenaikan biaya bunga.

"Selanjutnya yang terdampak yakni perusahaan yang memiliki keperluan pembiayaan kembali atas utangnya (refinancing) yang akan berpotensi memiliki suku bunga yang lebih tinggi," pungkasnya. 

Berita Lainnya
×
tekid