sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pekan depan: IHSG diramal melemah, rupiah menguat

Kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang kembali memperpanjang PSBB transisi menjadi sentimen negatif.

Satriani Ariwulan
Satriani Ariwulan Sabtu, 29 Agst 2020 20:42 WIB
Pekan depan: IHSG diramal melemah, rupiah menguat

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah pada pekan pertama September, setelah perkasa dalam beberapa pekan terakhir. 

"Kami perkirakan IHSG akan bergerak dengan support di level 5.324 sampai 5.218 dan resistance di level 5.400 sampai 5.450," kata Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee, Sabtu (29/8). 

Sentimen negatif diperkirakan datang dari kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang kembali memperpanjang pembatasan sosial berskala bersar (PSBB) transisi. Keputusan itu diprediksi kian mengimpit ekonomi Indonesia di kuartal III-2020 hingga mengalami pertumbuhan negatif.

"Kemungkinan Indonesia mengalami resesi akan semakin besar," ujar Hans.

Dari global, mulai bangkitnya pandemi Covid-19 di Eropa menimbulkan kekhawatiran dapat menghambat pemulihan ekonomi yang sedang terjadi di kuartal II-2020. Beberapa data zona Eropa juga menunjukkan perlambatan pemulihan. Salah satunya adalah data sentimen konsumen Jerman yang turun menjelang September.

"Menimbulkan keraguan pengeluaran rumah tangga di masa depan di Jerman, apakah cukup kuat untuk memacu pemulihan?" kata Hans.

Belum berakhirnya ketegangan Amerika Serikat dan China juga akan berdampak negatif bagi pasar keuangan. Hubungan kedua negara kembali memanas setelah masalah “hukuman” China terkait Laut China Selatan yang mengemuka lantaran Negeri Tirai Bambu melakukan uji coba peluru kendali di daerah tersebut. Sejumlah pejabat dan perusahaan China sudah dimasukkan dalam daftar hitam (blacklist) karena dituduh terlibat dalam 'penumpukan' militer di wilayah perairan tersebut.

Dana asing diramal masuk Indonesia

Sponsored

Di sisi lain, sederet faktor global diprediksi akan memberikan angin segar bagi pasar modal sehingga menahan pelemahan IHSG. Menurut Hans, sentimen positif datang dari perubahan pendekatan kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve –The Fed yang menerapkan suku bunga rendah meskipun inflasi mengalami kenaikan. Dalam kebijakan anyarnya, The Fed mengadopsi target inflasi rata-rata yang akan membuat bunga tetap rendah ketika inflasi naik di masa depan.

Hitungan itu berbeda ketimbang sebelumnya, di mana The Fed menerapkan kebijakan yang akan menaikkan suku bunga ketika inflasi mencapai 2% guna mendorong ekonomi.

"Aturan baru itu mempunyai implikasi positif bagi pasar keuangan di jangka panjang," kata Hans.

Selain bunga yang rendah, Fed juga diperkirakan terus menggelontorkan stimulus untuk mendorong ekonomi demi mencapai target inflasi 2%. Stimulus dan tren suku bunga rendah diramal masih akan berlanjut, bahkan setelah ditemukannya vaksin dan pandemi berhasil diatasi. 

"Dana murah akan masuk ke emerging market termasuk ke Indonesia," ujar Hans.

Prediksi itu mempertimbangkan ekonomi AS yang sulit naik di atas 2% dalam jangka panjang sejak krisis 2008. Mininya angka pertumbuhan ekonomi itu disebut akan mendorong kian panjangnya rezim suku bunga rendah.

Perubahan pendekatan The Fed juga dinilai bakal memicu melemahnya nilai tukar dollar AS terhadap mata uang negara lain akibat tingginya likuditas mata uang Negeri Paman Sam. 

"Rupiah seharusnya mampu menguat di jangka panjang terhadap dollar AS," kata Hans.

Penguatnya rupiah juga akan didukung oleh sentimen mundurnya Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe karena alasan kesehatan. Turunnya Abe dari jabatan membuat mata uang Yen sebagai mata uang safe haven menguat secara signifikan terhadap dollar AS

"Hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap ekonomi Indonesia, tetapi dapat mendukung penguatan nilai tukar rupiah karena terjadi pelemahan dollar AS di pasar," ujarnya.

Tak hanya global, Hans bilang, faktor domestik, yakni upaya pemerintah pusat yang mendorong pertumbuhan ekonomi di semester II-2020 juga diapresiasi pelaku pasar keuangan. Pemerintah pusat agresif melakukan belanja pemerintah dan mengucurkan bantuan pada masyarakat dan UMKM, serta dunia usaha atau korporasi.

"Pemerintah juga kembali mendorong proyek infrastruktur di semester II ini sehingga menimbukan harapan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV akan kembali positif," kata Hans.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid