sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pelemahan rupiah belum banyak pengaruhi inflasi

Data ekspor-impor sangat dipengaruhi oleh bahan baku. Jika nilai tukar rupiah mengalami pelemahan, otomatis akan terpengaruh terhadap harga

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Rabu, 02 Mei 2018 14:09 WIB
Pelemahan rupiah belum banyak pengaruhi inflasi

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pengaruh fluktuatif-nya nilai tukar rupiah terhadap inflasi masih sangat kecil. Namun jika dilihat dari bahan baku makanan impor, kendati kecil tetapi pengaruhnya bisa dirasakan. 

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti, menjelaskan pengaruh nilai tukar rupiah terhadap inflasi belum terlihat. Tetapi jika berkaitan dengan kurs, itu bisa berasal dari bahan makanan yang merupakan bahan impor, seperti terigu, kedelai, gandum, serta jagung. 

Terigu kaitannya dengan produk mie, menjadi produk lebih lanjut atau olahannya dari gandum. Jadi, produk mie atau roti harus diwaspadai. Jika kurs naik, impornya bisa berpengaruh, akhirnya ke produk-produk tersebut. Hal itulah yang harus harus dicermati.

"Kita beli mie yang porsinya sekian menjadi lebih kecil atau harganya memang naik. Itu untuk yang bahan makanan. Tetapi untuk yang non makanan, kaitannya dengan impor bahan baku," terang Yunita, Rabu (2/5). 

Data ekspor-impor sangat dipengaruhi oleh bahan baku. Jika nilai tukar rupiah mengalami pelemahan, otomatis akan terpengaruh terhadap harga bahan baku. 

Dilihat dari pola inflasi dari tahun ke tahun, komoditas menjadi penyumbang terbesarnya. Disebabkan adanya kenaikan harga pada daging ayam, daging sapi, dan telur. Sementara sayuran, terjadi pada kentang dan kelapa (santan), serta bumbu-bumbu masakan. 

Namun demikian, harga-harga tersebut bisa dikendalikan, Yunita memprediksi inflasi tetap terjaga sampai menjelang Ramadan usai. 

Sementara nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar 20 poin menjadi Rp13.933 dibanding posisi sebelumnya Rp13.913 per dollar AS.

Sponsored

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, mengatakan, inflasi Amerika Serikat yang mendekati target The Fed memberikan sinyal untuk kenaikan suku bunga AS. Inflasi Amerika Serikat yang mendekati target The Fed memicu terapresiasinya dollar AS.

Inflasi Amerika Serkat di level 1,9% pada Maret tahun ini. Angka itu mendekati target the Fed yang sebesar 2%. Di tengah situasi itu, pelaku pasar uang cenderung mengambil posisi masuk ke aset berdenominasi dollar AS.

Pelaku pasar uang juga fokus pada laporan data Non-Farm Payroll (NFP) Amerika Serikat pada akhir pekan ini, yang dapat memberikan tanda-tanda kekuatan lebih lanjut dalam ekonomi AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan kemungkinan naiknya tingkat suku bunga The Fed serta harga minyak dunia di atas level 72 dollar AS per barel turut membebani nilai tukar rupiah.Rupiah kemungkinan bergerak di rentang Rp13.900-Rp14.000 per dolar AS pada hari ini.," paparnya seperti dilansir Antara.

Berita Lainnya
×
tekid