sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pemerintah bentuk Komite Industri Nasional

Komite Industri Nasional sebagai upaya memetakan pengembangan industri 4.0 menuju 2020 bersama dengan target capaiannya.

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Kamis, 29 Mar 2018 15:49 WIB
Pemerintah bentuk Komite Industri Nasional

Pemerintah menargetkan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia dengan mengimplemetasikan revolusi industri 4.0. Untuk mencapai misinya itu, pemerintah berencana membentuk Komite Industri Nasional. Sebagai upaya memetakan pengembangan industri 4.0 menuju 2020 bersama dengan target capaiannya.

Revolusi industri 4.0 diharapkan bisa mengembalikan angka net ekspor Indonesia menjadi 10%. Sama seperti yang pernah dicapai pada 2001 silam, atau 13 kali lipat dibandingkan saat ini yang angkanya 0,8%. Penerapan revolusi industri terbaru itu juga membawa peluang merevitalisasi sektor manufaktur, meningkatkan produksi tenaga kerja, dan menciptakan lapangan kerja baru. 

"Disepakati membentuk komite industri nasional, untuk meningkatkan ekspor menjadi net ekspor10%. Kemudian bagaimana meningkatkan kontribusi industri, dari sekarang 20% menjadi 25%. Lalu bagaimana kita melakukan akselerasi pembangunan," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto, Kamis (29/3) di Jakarta.

Sebagai bentuk pengimplementasian dari industri 4.0 tersebut, pemerintah akan memprioritaskan pada lima sektor, yaitu makanan dan minuman, elektronik, otomotif, tekstil, dan kimia. Akan ada koordinasi dengan kementerian lain untuk mengharmonisasikan regulasi terkait insentif fiskal dan perbaikan infrastruktur telekomunikasi. 

Lima sektor tersebut merupakan 10 sektor manufaktur yang demand nya terbesar di dunia. Dimana 80% dunia, menghendaki lima produk tersebut. Pemerintah menargetkan bisa mendominasi lima sektor tersebut karena mempunyai domestik market yang kuat. 

Misalkan saja industri elektronik yang akan di dorong untuk masuk pasar ASEAN.  Begitupun dengan industri otomotif  yang sedang dipersiapkan menjadi basis produksi dunia. Di industri petrokimia, Indonesia memiliki bahan baku tersebut, baik itu dari gas ataupun coal gasifikasi. Industri lain yaitu, tekstil, clothing, dan foodware juga perlu diharmonisasikan terhadap pasar ekspor. 

Sementara Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira, menyampaikan problem utama Indonesia di era revolusi 4.0 itu adalah inovasi. Dalam global innovation index 2017, rangking inovasi Indonesia ada diperingkat 87 dunia.

Peringkat inovasi Indonesia tertinggal jauh dari negara Asean lainnya. Indonesia bisa meningkatkan nilai tambahnya.Kemudian pasar ekspor juga harus diperluas. Banyak pasar alternatif yang bisa dioptimalkan saat terjadi perang dagang. Misalnya ekspor ke Afrika Utara dan Selatan, Eropa Timur dan Rusia belum disentuh produk Indonesia.     

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid