sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pendapatan bunga terkontraksi, laba bersih BNI turun 78,5% di 2020

Penurunan laba bersih ini dikarenakan penurunan pendapatan bunga sebesar 4% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Annisa Saumi
Annisa Saumi Jumat, 29 Jan 2021 19:12 WIB
Pendapatan bunga terkontraksi, laba bersih BNI turun 78,5% di 2020

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan penurunan laba bersih hingga 78,5% selama 2020. Laba bersih perseroan tercatat menjadi Rp3,3 triliun selama 2020, turun dibandingkan 2019 sebesar Rp15,38 triliun.

Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati mengatakan, penurunan laba bersih ini dikarenakan penurunan pendapatan bunga sebesar 4% secara tahunan (year-on-year/yoy).

"Penurunan ini disebabkan karena penurunan pendapatan bunga sebesar -4% yoy, seiring dengan pemberian program stimulus untuk restrukturisasi kredit yang terdampak Covid-19," kata Adi, Jumat (29/1).

Selain karena penurunan pendapatan bunga, tergerusnya laba bersih perseroan juga disebabkan penambahan pencadangan untuk mengcover kualitas kredit yang turun menjadi nonperforming loan (NPL) di 2020.

Untuk diketahui, perseroan menambah pencadangan atau coverage ratio mereka, sehingga berada pada level 182,4%. Pencadangan ini lebih besar dibandingkan 2019 yang sebesar 133,5%.

Selama 2020, net interest margin (NIM) perseroan berada di level 4,5%. Sementara itu, biaya dana (cost of fund) diperbaiki, sehingga cost of fund pada akhir 2020 turun menjadi 2,6% dari 3,2% di 2019.

Adapun pendapatan nonbunga atau fee based income bank berkode saham BBNI ini tercatat naik 4,5% dibanding tahun 2019 menjadi Rp11,9 triliun.

Kredit tumbuh lebih tinggi dibanding Himbara lain

Sponsored

Berdasarkan catatan Alinea.id, penyaluran kredit BNI tercatat tumbuh lebih tinggi dibandingkan bank pelat merah lainnya yang telah mengeluarkan laporan keuangan mereka, yaitu Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Penyaluran kredit BNI selama 2020 tercatat tumbuh 5,3% atau sebesar Rp586,2 triliun. Meskipun secara nominal paling kecil, tetapi, persentase pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan BRI yang kreditnya tumbuh 3,89% dan Bank Mandiri yang pertumbuhan kreditnya terkontraksi 1,61% sepanjang 2020.

BNI merinci, pada Desember 2020, penyaluran kredit di segmen korporasi meningkat 7,4% secara tahunan menjadi Rp309,7 triliun. Sementara itu, pertumbuhan kredit ke segmen bisnis kecil, masih terjaga sebesar 12,3% yoy menjadi Rp84,8 triliun. Kemudian kredit konsumer perseroan tercatat masih tumbuh 4,7% yoy, menjadi Rp89,9 triliun pada akhir tahun lalu.

Pertumbuhan kredit ini, untuk segmen kecil disalurkan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sedangkan, kredit konsumer sebagian besar tersalurkan dalam bentuk kredit pemilikan rumah dan payroll loan.

Penyaluran kredit tersebut tercatat ditopang oleh akumulasi Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada akhir 2020, DPK BBNI tumbuh 10,6% yoy menjadi Rp679,5 triliun.

Meningkatnya DPK BNI tidak terlepas dari strategi perseroan yang fokus pada peningkatan rasio current account saving account (CASA) atau dana murah. Pada akhir Desember 2020, CASA perseroan berada di level 68,4% atau meningkat 160 basis poin secara tahunan. Upaya peningkatan CASA ini membuat perseroan mampu menekan biaya dana pihak ketiga. 

Berita Lainnya
×
tekid