sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pengamat ekopol: Kualitas kebijakan Indonesia semakin buruk

Persoalan kebijakan yang tidak efektif tersebut, telah menciptakan disparitas harga yang tinggi, antara produk dalam dan luar negeri.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Rabu, 13 Jan 2021 15:47 WIB
Pengamat ekopol: Kualitas kebijakan Indonesia semakin buruk

Pengamat politik ekonomi Indonesia Ichsanuddin Noorsy mengatakan, maraknya importasi ilegal di Indonesia disebabkan oleh kualitas kebijakan yang semakin buruk dari tahun ke tahun. Hal itu terlihat dari cukup banyaknya persoalan yang tidak terselesaikan selama bertahun-tahun.

"Kualitas kebijakan Indonesia semakin buruk, atau dalam bahasa kebijakan publik makin tidak efektif," katanya dalam webinar, Rabu (13/1).

Persoalan kebijakan yang tidak efektif tersebut, telah menciptakan disparitas harga yang tinggi, antara hasil produk dalam negeri dan luar negeri. Di mana produk impor lebih murah, dan oleh karenanya memancing munculnya banjir barang impor.

Di samping itu, pengawasan yang lengah di beberapa pintu masuk barang, seperti di Pelabuhan Batam, telah membuat barang-barang impor ilegal masuk dan membanjiri pasar domestik. Sehingga produk dalam negeri kalah saing.

"Ada belasan pelabuhan yang tidak terkendalikan oleh pemerintah," ujarnya.

Kebijakan tak efektif lainnya, dapat dilihat dari kebijakan moneter. Utamanya dari tingkat suku bunga obligasi dan tingkat suku bunga deposito yang ketat, namun di sisi lain tingkat suku bunga kredit tinggi.

"Anda bayangkan obligasi bisa sampai 7,8%-8,2% sementara deposito 3,6%-4% dan ketika mengajukan kredit, akan mendapatkan tingkat suku bunga 11%-12%. Itu tidak efisien secara moneter. Dalam bahasa sederhana terjadi gagalnya kebijakan moneter," ucapnya.

Hal yang sama, juga terjadi di kebijakan fiskal dan juga kebijakan industri yang tidak akomodatif bagi pelaku usaha.

Sponsored

Di samping, itu dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah tidak mencoba membangun satu skema industri yang terhubung dari hulu hingga hilir. Pemerintah sibuk membangun infrastruktur yang dalam kajian Bank Dunia, dari sisi downstream justru tidak mampu menurunkan biaya logistik.

"Kita membangun infrastruktur habis-habisan. Tetapi pada saat yang sama, semua pendapatan nasional itu kita bawa keluar. Itu yang disebut crowded effect. Di saat daya beli lemah, yang kemudian menyebabkan industri kita tidak berdaya. Maka barang dari luar dengan harga bersaing mendapatkan kenikmatan luar biasa," tuturnya.

Berita Lainnya
×
tekid