sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Penundaan Brexit bikin kurs rupiah stagnan

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan pasar spot hari ini (29/10) ada di level 14.020 per US$.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Selasa, 29 Okt 2019 17:02 WIB
Penundaan Brexit bikin kurs rupiah stagnan

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan pada perdagangan pasar spot hari ini (29/10) di level 14.020 per dolar AS.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan stagnasi level rupiah ini didorong oleh sentimen yang berasal baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 

Sentimen dari luar negeri datang dari Uni Eropa yang telah bersepakat untuk menunda keluarnya Inggris hingga tiga bulan.  Perpanjangan ini hanya membuat ketidakpastian bagi perekonomian global  

"Parlemen Inggris pun menolak upaya ketiga Perdana Menteri Boris Johnson untuk menjadwalkan pemilihan umum pada 12 Desember mendatang," kata Ibrahim dalam riset hariannya, Selasa (29/10).

Selain itu, sentimen lain dari luar negeri datang dari Bank Sentral AS, The Fed, yang diperkirakan akan memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya berturut-turut. Investor berekspektasi akan ada pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi (bps).  

Untuk sentimen dalam negeri, datang dari rencana pemerintah untuk mencari utang seiring dengan kebutuhan negara yang membengkak akibat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019.

"Selama penggunaan utang memang positif, tidak masalah seperti situasi persoalan utang, di mana suku bunganya rendah. Tentunya akan menguntungkan," kata Ibrahim.

Sentimen lainnya, kata Ibrahim, datang dari Bank Indonesia yang memperkirakan pertumbuhan kredit masih akan meningkat pada kuartal IV-2019. Meskipun pada kuartal III-2019 saldo bersih tertimbang menunjukkan angka 68,3 atau mengalami penurunan dari kuartal sebelumnya sebesar 78,3.

Sponsored

"BI optimis akan adanya pertumbuhan kredit pada kuartal IV 2019 ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan di industri perbankan," tutur Ibrahim.

Peningkatan kredit, kata Ibrahim, didorong oleh optimisme dengan kebijakan moneter yang longgar dan pertumbuhan ekonomi yang menguat. Penyaluran kredit pada kuartal IV-2019 juga diperkirakan akan lebih longgar.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid