sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Penurunan ekspor Februari terbesar ke China, AS, dan Jepang

Ekspor nonmigas Indonesia pada Februari 2019 turun secara bulanan maupun tahunan.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Jumat, 15 Mar 2019 14:08 WIB
Penurunan ekspor Februari terbesar ke China, AS, dan Jepang

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekspor nonmigas Indonesia pada Februari 2019 mengalami penurunan 9,85% menjadi US$11,44 miliar dibandingkan Januari 2019 US$12,69 miliar (month to month).

"Penurunan ekspor terbesar terjadi pada tiga negara tujuan utama yaitu China, Amerika Serikat (AS), dan Jepang," kata Kepala BPS Suhariyanto saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (15/3).

Ekspor nonmigas pada Februari 2019 juga mengalami penurunan 10,19% dibandingkan Februari 2018 yang mencapai US$ 25,97 juta. 

Suhariyanto mengatakan, pada Januari 2019, ekspor nonmigas Indonesia ke China senilai US$1,5 miliar, AS senilai US$1,2 miliar dan Jepang senilai US$1,03 miliar.

Jika dibandingkan Januari 2019, ekspor ke negara-negara tersebut turun di atas 10%. Jika dirinci, ekspor ke negara AS turun 15,79%, China 11,07%, dan Jepang turun 13,57%.

Untuk AS, komoditas ekspor Indonesia yang mengalami penurunan tajam antara lain, lemak dan minyak hewan serta nabati. Kemudian mesin dan perlengkapan elektris, pakaian dan aksesoris pakaian bukan rajutan serta reaktor nuklir, ketel, mesin peralatan lain.

"Kalau dilihat ada penurunan untuk pakaian bukan rajutan. Yang agak dalam lemak dan minyak hewan atau nabati, kayu dan barang dari kayu. Pakaian jadi dan sepatu olahraga dikirim ke AS tapi ini dipengaruhi oleh musim," ujar dia.

Kemudian, komoditas ekspor yang mengalami penurunan ke China antara lain, alas kaki, pelindung kaki, bahan kimia organik, bahan bakar mineral dan minyak mineral serta lemak dan minyak hewan atau nabati.

Sponsored

Sementara ke Jepang, komoditas yang mengalami penurunan antara lain lemak dan minyak hewan atau nabati, kayu dan barang dari kayu, bahan bakar mineral dan minyak mineral serta alas kaki.

Menurut Suhariyanto, penurunan ekspor ini perlu menjadi perhatian pemerintah terutama di tengah situasi perekonomian global di 2019 yang mengalami perlambatan. Sebab jangan sampai penurunan ekspor ke negara tujuan utama ini mempengaruhi kinerja ekspor secara keseluruhan.

"Sesuai dengan prediksi dari lembaga internasional, suasananya tidak akan terlalu menggembirakan. World Bank misalnya sudah memprediksi perekonomian global turun dari 3% ke 2,9%. AS diperkirakan akan turun dari 2,9% ke 2,5%, demikian juga dengan China," kata Suhariyanto.

Menurutnya, hal itu akan menjadi tantangan utama bagi ekspor Indonesia. Sebab saat Indonesia ingin menggenjot ekspor, namun terjadi pelemahan global. "Apalagi berbagai harga komoditas juga masih fluktuatif," ujarnya.

Berita Lainnya
×
tekid