sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Penurunan suku bunga acuan tak pengaruhi pertumbuhan ekonomi

Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga dari 6,00% menjadi 5,75%.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Kamis, 18 Jul 2019 19:10 WIB
Penurunan suku bunga acuan tak pengaruhi pertumbuhan ekonomi

Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) dari 6,00% menjadi 5,75%.

Ketua Umum Asosiasi Analis Indonesia sekaligus Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan penurunan suku bunga oleh BI tidak terlalu berdampak bagi perekonomian Indonesia.

"Secara umum penurunan suku bunga ini bagus impactnya, tetapi masalahnya coba kita lihat dalam sejarah. Ketika suku bunga diturunkan, benar tidak berdampak pada ekonomi, lihat secara 5 tahun 10 tahun terakhir," kata Edwin di Perbanas, Jakarta, Rabu (18/7).

Edwin mengatakan dalam lima tahun terakhir ekonomi Indonesia hanya tumbuh sekitar 5%. Masalahnya, lanjut Edwin, bukan datang dari pasar uang, tetapi pengaruh  suku bunga memang sudah imun terhadap pertumbuhan ekonomi. 

"Suku bunga lima tahun terakhir sudah imun, saya melihat penurunan 25 basis poin itu tak banyak berpengaruh bagi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih dipengaruhi oleh komoditas," ujar Edwin.

Edwin melanjutkan sumber pendapatan utama dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia adalah komoditas, yaitu batu bara dan crude palm oil (CPO). Kedua sektor itulah yang menurut Edwin lebih banyak meningkatkan kinerja pertumbuhan ekonomi. 

"BI menurut saya juga enggak akan berani terus-menerus menurunkan suku bunga karena BI memperhatikan Current Account Defisit (CAD) lagi. CAD kita kan masih gede," tutur Edwin.

Namun, Edwin memperkirakan penurunan suku bunga tersebut akan mendorong sektor properti yang sedang lesu untuk bangkit di paruh kedua tahun ini. Bangkitnya sektor properti juga akan berpengaruh pada sektor-sektor pendukung lain seperti konstruksi. 

Sponsored

"Harapannya nanti mereka menerbitkan obligasi atau melakukan pinjaman, karena capex sektor khusus gede banget. Jadi tidak terasa waktu mereka akan rising fund nanti," kata Edwin.

Sementara, Analis Investa Sarana Mandiri Yohanis Hans Kwee melihat sektor perbankan sebagai sektor yang paling diuntungkan dari penurunan suku bunga ini. 

"Kalau bunga turun bank kan ada dua sisi, satu cost of fund, satu lagi nyalurin kredit. Begitu bunga turun, cost of fund dia turun ke bawah, jadi bank itu sebenarnya ketika bunga acuan turun, bunga depositonya juga turun cepat," kata Hans.

Sedangkan, lanjut Hans, kredit akan turun lebih lambat. Dengan demikian, sentimen turunnya suku bunga tersebut adalah positif. Hans pun melihat selama ini pasar sudah bergerak naik karena ekspektasi The Fed yang akan menurunkan suku bunga terlebih dahulu dan disusul BI. 

Dengan diturunkannya suku bunga ini, Hans merekomendasikan investor untuk melirik saham perbankan seperti Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI).

Sementara, Edwin merekomendasikan saham-saham emiten properti seperti Summarecon Agung (SMRA), Bumi Serpong Damai (BSDE), Pakuwon Jati (Pwon), dan Ciputra Development(CTRA). Untuk konstruksi, Edwin merekomendasikan saham Wijaya Karya (WIKA), Adhi Karya (ADHI), Pembangunan Perumahan (PTPP), dan Waskita Karya (WSKT).

Berita Lainnya
×
tekid