sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Perang dagang AS-Tiongkok masih membayangi pergerakan Rupiah

Diharapkan pelemahan dapat lebih terbatas agar rupiah tidak melemah lebih dalam

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Rabu, 10 Okt 2018 08:55 WIB
Perang dagang AS-Tiongkok masih membayangi pergerakan Rupiah

Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI), Reza Priyambada, memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran 15.235-15.220. Pergerakan Rupiah kembali mengalami pelemahan seiring masih bergerak naiknya laju dollar AS dan beberapa faktor lainnya.

"Belum usainya permasalahan global, baik dari perang dagang AS dan Tiongkok, penyelesaian defisit anggaran Italia, hingga meningkatnya imbal hasil obligasi AS membuat posisi dollar AS masih cenderung meningkat," ujar Reza dalam riset hariannya, Rabu (10/10).

Kondisi ini tentunya mempersulit pergerakan Rupiah untuk berbalik naik. Diharapkan pelemahan dapat lebih terbatas agar rupiah tidak melemah lebih dalam. 

"Tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat Rupiah kembali melemah," katantya.

Sebagai informasi, nilai tukar rupiah melemah semakin dalam pada penutupan perdagangan di pasar spot Bloomberg, Selasa (9/10), rupiah berada pada level Rp 15.237 per dollar AS. 

Menurut Reza, memanasnya hubungan AS dan Tiongkok terkait belum tercapainya kesepakatan dagang, memicu pejabat dari kedua negara tersebut saling serang. Akibatnya, kemudian berimbas kepada sektor lainnya. 

Diketahui, bank sentral Tiongkok, PboC, memangkas cadangan rasio di perbankan Tiongkok. Hal tersebut membuat mata uang CNY melemah, sehingga berimbas pada sejumlah mata uang lainnya termasuk rupiah. 

Dengan pelemahan tersebut, membuka kesempatan pada dollar As untuk bergerak naik. Belum lagi, permasalahan penyelesaian defisit anggaran Italia yang belum juga usai yang melemahkan EUR turut membuat laju dollar AS bergerak naik. 

Sponsored

Sementara itu, sentimen negatif lainnya ialah rilis lembaga IMF seiring meningkatnya tensi perdagangan dan tekanan pada pasar negara berkembang emerging market, memangkas proyeksi pertumbuhan global untuk tahun ini dan tahun depan. 

"Adanya keyakinan Menkeu, Sri Mulyani, bahwa Indonesia masih dapat mencapai target 5,3% kendati risiko untuk pertumbuhan tersebut telah makin meningkat belum banyak memberikan sentimen positif pada rupiah," ujar Reza.

Berita Lainnya
×
tekid