sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Perang dagang, industri sarung tangan Indonesia dapat berkah

Adanya kenaikan bea masuk bagi sarung tangan China akan membuat harga sarung tangan dari negeri Tirai Bambu tidak lagi kompetitif.

Mona Tobing
Mona Tobing Senin, 27 Mei 2019 11:51 WIB
Perang dagang, industri sarung tangan Indonesia dapat berkah

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China membawa berkah bagi industri sarung tangan Indonesia. Industri sarung tangan karet berpotensi menggeser pasar sarung tangan Vinyl dan Nitrile produksi China yang menguasai 44% impor sarung tangan ke AS.

Presiden Direktur PT Mark Dynamics Indonesia Tbk Ridwan Goh mengatakan, perang dagang dengan tarif impor yang tinggi ke AS atas produk China akan menggeser peta pasar sarung tangan di AS. 

Kata Ridwan, pemasok utama sarung tangan akan bergeser dari China ke Malaysia sebagai produsen sarung tangan karet terbesar di dunia. Dalam kondisi ini secara tidak langsung akan menjadi sinyal positif bagi kinerja perusahaan. 

Sebagai pemasok utama cetakan sarung tangan karet dunia, Mark Dynamics merasakan dampak turunan dari potensi peningkatan pasar sarung tangan karet. Sebagai informasi, perusahaan pemasok pasar sarung tangan adalah Malaysia dengan persentase 63%, Thailand 18% dan China 10%. Kontribusi langsung Indonesia hanya 3%. 

Adanya kenaikan bea masuk sarung tangan China, maka harga sarung tangan negeri Tirai Bambu itu tidak lagi kompetitif di AS. Sesuai hasil riset dari sebuah sekuritas di Malaysia rentang harga antara sarung tangan Vinyl dan karet akan menyempit dari posisi saat ini dengan rentang diskon antara 75% hingga 130%. 

"Perusahaan diuntungkan dari perang dagang ini karena sebagai pemasok 35% pasar cetakan sarung tangan karet dunia dengan pasar utama Malaysia. Maka, perusahaan akan menerima permintaan lebih besar," kata Ridwan seperti dikutip dari keterbukaan Senin (27/5). 

Pasar sarung tangan karet hingga tahun 2019 diwarnai banyak hal positif selain perang dagang, yaitu pergeseran perhatian masyarakat dunia dalam penggunaan sarung tangan kesehatan. Sarung tangan karet yang lebih aman bagi kesehatan perlahan tapi pasti mulai menggeser produk sarung tangan lain. Salah satunya dengan ditutupnya pabrik sarung tangan PVC di Tiongkok pada tahun 2017. 

Perusahaan dengan kode MARK memiliki kapasitas produksi 610.00 cetakan per bulan. Penjualan cetakan sarung pada kuartal 1 2019 mencapai Rp88,06 miliar, naik 12,22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp78,47 miliar. 

Sponsored

Adapun laba komprehensif tercatat meningkat 26,48% menjadi Rp 23,00 miliar per 3l Maret 2019 dibandingkan Rp 18,19 miliar per 31 Maret 2018. Pendapatan perusahaan pada triwulan pertama tahun 2019 mayoritas berasal dari ekspor dan sisanya 9,24% untuk pasar domestik. 

Meski pasar ekspor paling besar, namun diakui Ridwan saat ini tengah susut. Kontribusi ekspor pada triwulan pertama tahun 2019 susut dari 97,82% menjadi 90,76%. 

"Meski begitu nilai pasar ekspor mengalami peningkatan yang menunjukkan perusahaan dapat memenuhi kebutuhan ekspor yang diiringi dengan peningkatan pasar baru di dalam negeri," ungkap Ridwan. 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid