sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Perbankan diproyeksi sulit ekspansi pada 2019

Sejumlah tekanan terhadap industri keuangan diproyeksi akan menekan perbankan di Indonesia pada 2019 sehingga sulit berekspansi.

Cantika Adinda Putri Noveria
Cantika Adinda Putri Noveria Rabu, 30 Jan 2019 21:08 WIB
Perbankan diproyeksi sulit ekspansi pada 2019

Sejumlah tekanan terhadap industri keuangan diproyeksi akan menekan perbankan di Indonesia pada 2019 sehingga sulit berekspansi.

Ekonom Insitute For Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan perbankan telah menyesuaikan kredit 10%-12% akibat penaikkan suku bunga acuan Bank Indonesia.

Padahal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) manargetkan kredit perbankan tumbuh maksimum 10%. Pencapaian kredit dan dana pigak ketiga (DPK) per Oktober 2018, rasio kredit terhadap simpanan (loan to depocit ratio/LDR) perbankan mencapai 93,05%. 

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sempat menyebutkan dalam indikator likuiditas per September 2018 LDR perbankan sudah menyentuh 94%.

Dari analsisis Aviliani tersebut, Bank umum kelompok usaha (BUKU) III dinilai LDR-nya paling ketat yakni di atas 103% sampai September 2018. Sementara LDR pada bank BUKU IV  sudah 97%.

"Pada 2019 yang perlu dicermati ada di BUKU III dan IV, karena ada persoalan likuditas. Bank pemerintah dan ada hambatan dalam pembiayaan. Selama ini pembiayaan terbesar di BUKU III dan IV. Isu likuiditas ini perlu di cermati," ujar Aviliani dalam diskusi soal perbankan di Jakarta, Rabu (30/1). 

Menurut dia, pemerintah pada tahun ini berencana untuk mengeluarkan surat utang atau obligasi. Sehingga banyak nasabah bank diperkirakan beralih ke obligasi pemerintah. 

Kondisi itu membuat terjadi perebutan likuiditas yang bakal menjadi masalah pada 2019. Sedangkan, bank umum juga terjepit oleh financial technology (fintech). 

Sponsored

"Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan diambil oleh fintech, karena gampang dan tidak terbelit. Sementara dari pasar modal, juga sedang mengkampanyekan akan ada 1.000 perusahaan publik, korporasi, yang akan mengeluarkan obligasi dan saham," kata Aviliani. 

Untuk 10 tahun ke depan, lanjut dia, DPK perbankan hanya 55% dan 45% ada pada sektor non bank. 

"Ada hasil survei, milineal bukan di bank, tapi di reksa dana dan fintech untuk diturunkan dengan yield yang lebih tinggi. Termasuk dengan sistem pembayaran," imbuhnya. 

Dengan demikian, Aviliani menyarankan agar bank lebih kreatif lagi dalam membuat program-program yang berbentuk jasa. Bank juga disarankan untuk berkolaborasi dengan fintech dan sistem pembayaran lain.

"Bank harus cari pendapatan baru, bukan hanya kredit saja," ungkap dia. 

Inflasi

Sementara itu, Aviliani memproyeksikan inflasi pada 2019 ini bisa mencapai 4%. Angka itu lebih tinggi dari target pemerintah sebesar 3,5% yang ditetapkan dalam APBN 2019. 

Menurut dia, inflasi saat ini memang masih cenderung aman lantaran harga-harga komoditas masih terpantau normal. Sehingga dampaknya belum akan terlihat signifikan terhadap inflasi. 

Terlebih saat ini, kata dia, harga-harga kebutuhan sehari-hari masih di tahan oleh pemerintah. 

"Misalnya PLN, kemudian juga cenderung harga minyak juga begitu. Mungkin setelah April-Mei (inflasi) cenderung akan lebih meningkat, bisa ke angka 4%," ujar Aviliani.

Kendati demikian, lanjut dia beberapa komoditas dikhawatirkan akan mulai berdampak pasca pemilihan presiden 2019. 

Sebelumnya, pemerintah dan Bank Indonesia telah menyepakati tiga langkah strategis untuk menjaga agar inflasi 2019 tetap dalam berada pada kisaran 3,5% plus minus 1%. 

Tiga langkah strategis yang disepakati untuk menjaga inflasi 2019 tetap berada dalam kisaran sasarannya, salah satu di antaranya adalah pengendalian inflasi volatile food maksimal pada kisaran 4%-5%. 
 
Kemudian pelaksanaan peta jalan pengendalian inflasi nasional 2019-2020 juga akan dibarengi dengan road map pengendalian inflasi di tingkat provinsi. 

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan bahwa inflasi sepanjang tahun ini akan terkendali sesuai dengan proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 sebesar 3,5%. 

Bahkan, dirinya menjamin tidak ada risiko tekanan inflasi secara berlebihan terhadap komoditas pangan ke depan.

"Jadi, kami tidak melihat ada risiko risiko tekanan dari inflasi dari harga pangan itu," kata Perry, Jumat (18/1). 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid