sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pertama kalinya, Jatim ekspor daun kelor ke Korea Selatan Rp13 miliar

Selain daun kelor, Jawa Timur juga mengekspor produk unggulan seperti kopi, minyak, kayu, sarang burung walet dan susu.

Adi Suprayitno
Adi Suprayitno Kamis, 21 Mar 2019 16:53 WIB
Pertama kalinya, Jatim ekspor daun kelor ke Korea Selatan Rp13 miliar

Sebanyak 12 ton daun kelor asal Jawa Timur senilai Rp13 miliar diekspor ke Korea Selatan. Diangkut menggunakan empat kontainer, daun kelor yang sudah dikemas dalam kardus itu dilepas oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, bersama Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya

“Ini baru pertama kali ekspor daun kelor. Nilainya mencapai Rp13 milliar. Tapi itu hanya yang dilepas (seremonial) empat kontainer saja. Sebenarnya per hari bisa 200 kontainer," kata Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Musyaffa Fauzi di Surabaya, Jawa Timur pada Kamis, (21/3). 

Selain daun kelor, Pemprov Jatim juga mengekspor sejumlah produk pertanian lainnya. Juga beberapa hewan ternak. Total secara keseluruhan yang diekspor mencapai 416 ton. 

Sementara Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan selain daun kelor, juga ada produk unggulan yang diekspor keluar negeri seperti kopi, minyak, kayu, sarang burung walet dan susu. Daun kelor menjadi komoditi ekspor yang menarik perhatian bagi Khofifah. Ia baru mengetahui ternyata selama ini daun kelor sangat diminati di Korea Selatan. 

Menurut Khofifah, ekspor menjadi bagian terpenting untuk mendatangkan devisa. Karena itu, pihaknya mendorong upaya penguatan pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur melalui kegiatan ekspor tersebut. 

Untuk meningkatkan ekspor, Khofifah mengatakan, Pemprov Jatim bakal mengajak para eksportir membangun hubungan kerja sama yang kuat dengan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan industri kecil menengah (IKM). Kerja sama tersebut nantinya bakal fokus pada sektor agro.

Namun demikian, sebelum berlanjut ke arah kerja sama tersebut, pihak Pemprov Jatim terlebih dahulu bakal melakukan pendampingan dan pelatihan kepada petani-petani di Jawa Timur. Ini dilakukan karena sampai saat ini petani di Jawa Timur belum seluruhnya memahami standar ekspor. 

Khofifah mencontohkan ketika ia menemui petani paprika di sejumlah wilayah di Jawa Timur. Dalam kunjungannya, ia mendapati produksi petani paprika lumayan besar, tapi tidak bisa diekspor. Setelah ditelusuri, ternyata kendalanya gara-gara penggunaan pupuk kimia. 

Sponsored

Beberapa negara, kata Khofifah, menolak penggunaan pupuk kimia pada paprika. Maka, pendampingan pada petani paprika ini dirasa perlu agar bisa memenuhi pasar ekspor. Dengan adanya pendampingan dan kerja sama tersebut, diharapkan semua produk yang dihasilkan oleh para petani, UMKM dan IKM dapat memenuhi standar ekspor.

 "Jadi, membangun aliansi antara eksportir dengan petani, apakah lewat gabungan kelompok tani (gapoktan) atau kelompok tani nelayan andalan (KTNA)," ujar Khofifah.

Berita Lainnya
×
tekid