sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 meleset karena tarif pesawat

Ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,07% pada kuartal I-2019, atau meleset dari target pertumbuhan ekonomi Bank Indonesia hingga 5,2%.

Soraya Novika
Soraya Novika Senin, 06 Mei 2019 17:40 WIB
Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 meleset karena tarif pesawat

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2019 meleset dari perkiraan. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama tahun ini hanya mencapai 5,07% atau meleset dari target pertumbuhan ekonomi Bank Indonesia sebesar 5,2%.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan salah satu faktor penyebab pertumbuhan meleset karena kenaikan tarif pesawat yang terjadi sejak awal 2019.

"Akibat dari kenaikan harga tiket pesawat ini, pertumbuhan konsumsi rumah turut tertahan menjadi hanya sebesar 5,01% atau hanya naik 0,07% poin dibandingkan tahun lalu," ujar Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (6/5).

BPS mencatat komponen konsumsi melemah sepanjang kuartal I-2019. Ini meliputi konsumsi masyarakat untuk transportasi dan komunikasi yang tumbuh hanya 4,91%, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 4,96%. Kemudian, konsumsi restoran dan hotel juga melambat menjadi 5,42% dari 5,64% di tahun lalu.

Selain faktor konsumsi, penghambat pertumbuhan ekonomi yakni nvestasi yang melambat. Data BPS menunjukkan, investasi dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kuartal I-2019 tercatat hanya tumbuh sebesar 5,03%, jauh lebih rendah dari kuartal I-2018 yang tumbuh sebesar 7,94% 

Perlambatan ini dipicu oleh sikap wait and see dari investor. Suhariyanto menilai sikap ini wajar karena setiap ada momentum pemilihan umum investor atau perusahaan cenderung mengambil sikap tersebut.

"Sekarang kelihatan di PMTB (investasi), pemerintah sengaja menahan supaya impornya tidak terlalu tinggi," katanya.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah menyatakan BI meyakini pertumbuhan ekonomi pada kuartal berikutnya akan membaik seiring kegiatan ekonomi yang bergerak dinamis. "Pada kuartal kedua dan ketiga seharusnya bisa lebih meningkat lagi karena kegiatan ekonomi lebih dinamis," tutur Nanang.

Sponsored

Pelemahan rupiah tak terpengaruh 

Nanang membantah adanya pihak yang menyebut pertumbuhan ekonomi yang tak mencapai ekspektasi ini sebagai pemicu utama pelemahan nilai tukar rupiah sekarang.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan pada awal Ramadan  1440 H ini melemah ke level Rp14.309 dan sempat stagnan dan kembali melemah tipis ke level Rp14.331 per dolar Amerika Serikat (AS) .

Menurut Nanang, pengaruh utama pelemahan rupiah terhadap dolar AS hari ini berasal dari pernyataan Presiden Donald Trump pada Minggu (5/5) kemarin. Trump menegaskan akan mengenakan bea impor terhadap berbagai produk China senilai US$200 miliar. Hal ini membuat yuan tertekan dan pasar saham di China serta di seluruh dunia rontok.

"Trump mengancam pengenaan tarif dari 10% jadi 20%. Jni jadi agak surprise bagi market. Tadinya ekspektasi dolar melemah, dengan adanya statement seperti itu jadi terbalik. Tapi ini hanya risk off global jangka pendek saja," katanya.

Dinamika global lain juga turut memengaruhi, yakni The Fed atau bank sentral AS. Bank sentral AS telah mengumumkan tidak akan menurunkan suku bunga acuan di tahun ini. Padaha, selama ini pasar memproyeksikan The Fed akan memangkas suku bunga acuan di akhir tahun. 

"Pasar berekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga kebijakannya di akhir tahun ini. Jadi ada perbedaan ekspektasi antara pasar dan chairman The Fed (Jerome Powell)," ujarnya.

Selain faktor di atas, BI melihat ada pola musiman yang memengaruhi pergerakan rupiah dari permintaan valas yang meningkat karena ada pembagian dividen pada kuartal kedua. Nanang yakin faktor musiman ini akan berkurang pada kuartal III-2019.

Karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk tidak berspekulasi negatif. Sebab, pelemahan ini merupakan dinamika biasa di pasar. Nanang menegaskan BI bakal selalu ada di pasar untuk menjaga stabilitas rupiah.

Hari ini, BI mengaku telah melakukan tiga intervensi melalui stabilisasi di pasar spot secara terukur. Selain itu juga melakukan intervensi dengan membeli surat berharga negara, melakukan lelang Domestic Non-Delivery Forward (DNDF) pada pagi hari, dan melakukan proffiling DNDF dari delapan broker untuk memastikan stabilitas rupiah.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid