sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pertumbuhan ekonomi minus 5,32%, terendah sejak 1999

Pandemi Covid-19 telah berdampak buruk terhadap perekonomian nasional.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Rabu, 05 Agst 2020 14:20 WIB
Pertumbuhan ekonomi minus 5,32%, terendah sejak 1999

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontraksi ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 sebesar 5,32%. Angka ini terendah sejak krisis 1999. Saat itu laju perekonomian minus 6,13%.

"Kontraksi pada kuartal II-2020 sebesar 5,32% kontraksi terendah sejak kuartal I-1999. Jadi pada kuartal pertama 1999 itu pada waktu itu kontraksi sebesar 6,13%," kata kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2020, Rabu (5/8).

Dia menjelaskan, pandemi Covid-19 telah berdampak buruk terhadap perekonomian berbagai negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Pergerakan orang dan barang terganggu dan menyebabkan sejumlah sektor industri mengalami perlambatan pertumbuhan.

Hal tersebut, jelas dia, dapat dilihat dari data 17 lapangan usaha, hanya tiga yang mengalami pertumbuhan positif.

"Hanya ada tiga lapangan usaha atau sektor yang masih tumbuh positif yaitu pertanian 2,19%, informasi dan komunikasi 10,88%, dan pengadaan air 4,56%. Kontraksi yang paling dalam bisa dilihat terjadi pada sektor transportasi dan pergudangan 30,84%," ujarnya.

Namun demikian, dari tiga sektor yang masih mengalami pertumbuhan positif tersebut hanya sektor informasi dan komunikasi yang menunjukkan gejala peningkatan pertumbuhan. Sementara yang lainnya tumbuh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya.

"Jadi pada masa pandemi Covid-19 ini, sektor informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 10,88%. Ini terjadi karena selama pandemi terjadi peningkatan belanja media digital, peningkatan traffic, dan ada peningkatan jumlah pelanggan penyedia jasa internet maupun televisi berbayar," ucapnya.

Dia pun menjelaskan, kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 disebabkan oleh turunnya pertumbuhan sejumlah sektor utama, yaitu pertambangan, industri, perdagangan, dan konstruksi. Sedangkan, sektor pertanian adalah satu-satunya sektor yang masih positif.

Sponsored

Dari data BPS, sektor industri mengalami kontraksi 6,19% pada kuartal II-2020 setelah di kuartal I-2020 tumbuh 3,54%, sedangkan sektor perdagangan kontraksi 7,57% di kuartal kedua, setelah kuartal sebelumnya tumbuh 4,63%.

Adapun sektor pertambangan kontraksi semakin dalam 2,72% di kuartal kedua, setelah sebelumnya negatif 0,71%. Kemudian sektor konstruksi yang mengalami kontraksi 5,39% di kuartal kedua, setelah sebelumnya tumbuh 5,69%. 

Sedangkan sektor pertanian adalah satu-satunya sektor yang tumbuh 2,19%. Namun demikian, pertumbuhannya melambat dibanding kuartal pertama 2020 yang mencapai 5,33%.

Kecuk menambahkan, indikator lainnya yang menandai rendahnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020, di mana terlihat dari rendahnya tingkat konsumsi rumah tangga yang mengalami kontraksi 5,51%, setelah di kuartal pertama tumbuh 2,83%.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, dengan pertumbuhan ekonomi yang minus di kuartal II-2020 Indonesia dipastikan akan mengalami resesi pada kuartal III-2020.

Pasalnya, sejumlah negara mitra dagang Indonesia seperti Singapura dan Amerika Serikat turut mengalami kontraksi yang sangat dalam, bahkan telah mengalami resesi terlebih dahulu, sehingga kemampuan perekonomian untuk recovery terasa lebih sulit dan efeknya akan terlihat di kuartal selanjutnya.

"Artinya proses recovery akan berjalan lambat. Indonesia, sebagaimana negara lain, diperkirakan akan mengalami resesi," katanya kepada Alinea.id.

Dia pun menyebutkan, dengan hampir meratanya gejolak ekonomi yang dialami oleh sejumlah negara, resesi akan menjadi suatu kenormalan baru dalam tataran perekonomian dunia.

Meskipun demikian, dia mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir dengan kondisi tersebut. Dia menyebutkan, yang terpenting saat ini adalah bagaimana menjaga dunia usaha untuk tetap berjalan.

"Resesi sudah menjadi sebuah kenormalan baru di tengah wabah. Hampir semua negara mengalami resesi. Yang lebih penting adalah bagaimana dunia usaha bisa bertahan di tengah resesi. Apabila dunia usaha bisa bertahan, tidak mengalami kebangkrutan, maka kita akan bisa bangkit kembali dengan cepat ketika wabah sudah berlalu," tukasnya.

Berita Lainnya
×
tekid