sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kinerja manufaktur global lemah, Indonesia diklaim masih baik

BI mencermati kondisi triwulan IV, kinerja sektor manufaktur diperkirakan akan lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Sabtu, 12 Okt 2019 17:20 WIB
Kinerja manufaktur global lemah, Indonesia diklaim masih baik

Kinerja sektor manufaktur pada triwulan III lesu. Hal ini tercermin dari indeks laju manufaktur (PMI) yang pertumbuhannya sebesar 52,04. 

Sebagai informasi, sebelumnya pada triwulan II IPM sebesar 52,6. Meski pertumbuhan lebih kecil dibandingkan triwulan sebelumnya, namun Bank Indonesia menyebut kondisi tersebut masih baik. 

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, lesunya sektor manufaktur hampir dialami oleh semua sektor dalam negeri. Penurunan indeks disebut Perry, juga disumbang lesunya sektor.

Antara lain: sektor makanan dan minuman, barang kulit, dan juga tembakau.

Walau lesu, Perry bilang, industri manufaktur dalam negeri masih relatif baik. Tolak ukurnya adalah ekspansi yang masih terjadi di sejumlah sektor. 

BI mencermati kondisi triwulan IV yang pertumbuhannya diperkirakan akan lebih kecil. "PMI akan menyentuh 51,9," kata Perry pada Jumat (11/10). 

Faktor pendorongnya disebut masih sama yaitu: barang-barang seperti tekstil, barang dari kulit, alas kaki, kertas dan barang cetakan.

Faktor Global 

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, kondisi di Indonesia juga terjadi pada sejumlah negara lain. Achmad mengklaim, kondisi Indonesia bahkan dinilai masih lebih baik. 

"Saat ini perekonomian global sedang melambat. Kondisi ini berimbas pada produksi sektor industri di sejumlah negara dunia,” kata Achmad dalam keterangan tertulis yang diterima Alinea.id, Sabtu (12/10).

Berdasarkan data United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), kuartal I 2019, tingkat pertumbuhan manufaktur dari negara-negara industri hanya sekitar 0,4% secara year on year (yoy). Penurunan ini terjadi secara konsisten di setiap triwulan, yang sebelumnya mencapai 3,5% pada akhir 2017.

Contohnya, adalah Amerika Utara yang mencatat tingkat pertumbuhannya yoy hanya 1,8% di 2019. Kondisi Amerika Utara disebut telah menunjukkan penurunan 2,5% dari capaian pada kuartal IV 2018.

Hal serupa juga dialami oleh negara-negara Amerika Latin. Pada kuartal pertama tahun ini, terjadi kontraksi 1,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Faktornya karena terjadi resesi di Argentina, dan penurunan angka manufaktur Brasil.

Ketidakpastian Brexit juga disebut sebagai biang keladi melemahnya kinerja sektor manufaktur. Data UNIDO, pertumbuhan sektor industri manufaktur di Eropa hanya tumbuh 0,3% di tahun 2019.

Dua negara dengan kekuatan ekonomi besar Eropa yakni: Jerman dan Italia mengalami kelesuan kinerja manufaktur. Jerman, industri manufakturnya hanya tumbuh sebesar 2,3%, sedangkan Italia terperosok di angka 0,9% 

Kondisi tidak jauh berbeda di Asia. Data UNIDO menunjukkan pertumbuhan sektor industri yang negatif, seperti di: Taiwan -3,7%, Korea Selatan -1,7%, Jepang -1,1%, dan Singapura -0,3%. 

Namun, kondisi berbeda terjadi di Indonesia dan Vietnam. Kedua negara Asia Tenggara tersebut justru mencatatkan pertumbuhan sektor manufakturnya masing-masing sebesar 5,1% dan 4,1%.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengemukakan, Indonesia sedang merevitalisasi industri manufaktur melalui implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0. 

Upaya ini merupakan sebuah strategi kesiapan dalam memasuki era industri 4.0. Plus, mengejar target menjadi bagian dari 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia pada tahun 2030.

“Salah satu upaya yang kami lakukan adalah mengakselerasi industri manufaktur nasional, agar terus melakukan inovasi melalui pemanfaatan teknologi modern dan kegiatan litbang. Hal ini diyakini juga dapat memacu produktivitas lebih efisien. Dehingga mendongkrak daya saing industri kita,” paparnya.

Produk domestik bruto (PDB) dari sektor manufaktur di Indonesia pada triwulan kedua 2019, mencapai Rp565 triliun. Pencapaian tersebut naik tipis dari triwulan pertama 2019 sebesar Rp555 triliun. 

Airlangga mengklaim, capaian kuartal kedua tersebut tertinggi. Sebab rata-rata PDB manufaktur Indonesia per kuartal sekitar Rp468 triliun dari periode 2010-2019. 


 

Berita Lainnya
×
tekid