sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Prabowo sebut Garuda bangkrut, simak faktanya

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam pidatonya menyebut maskapai penerbangan Garuda Indonesia bangkrut.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Selasa, 15 Jan 2019 21:18 WIB
Prabowo sebut Garuda bangkrut, simak faktanya

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam pidatonya menyebut maskapai penerbangan Garuda Indonesia bangkrut. 

Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIIA) I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan jika Garuda Indonesia sudah bangkrut, berarti dirinya sudah tidak menjabat lagi sebagai Direktur Utama. Menurutnya, kata yang tepat untuk kondisi saat ini adalah penuh tantangan bukan kebangkrutan.

"Garuda saja ya, jangan BUMN lain. Saya juga enggak berhak berkomentar, siapa pak Prabowo? Sebagai CEO Garuda, jadi kalau (Garuda) bangkrut, mungkin saya sudah tidak di sini," kata Ari di Resto Penang Bistro, Jakarta, Selasa (15/1).

Dia juga menegaskan Garuda Indonesia merupakan perusahaan listed atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sehingga, semua laporan keuangannya dibuka kepada publik dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

"Garuda terbuka, keterbukaan itu harus dibuka kerugiannya. Garuda adalah sebagai listed company bahwa bisa dibuka (laporan keuangannya) setiap tiga bulan kami cantumkan kerugian kami berapa," ujarnya.

Dia mengungkapkan, sejak tahun 2017 Garuda memang menderita kerugian. Namun, seiring berjalannya waktu angka kerugiannya mengalami penurunan.

"Dari tahun 2017 kami rugi US$237 juta itu sekitar Rp3,6 triliun. Per September 2018 itu rugi US$142 juta itu sekitar Rp2 triliun sekian. Listed company itu Garuda satu-satunya maskapai yang terbuka itu tidak ada yang ditutup-tupi," jelasnya.

Mengutip laporan keuangan perusahaan di BEI, Garuda Indonesia mencatatkan kerugian bersih sebesar US$114,08 juta pada periode kuartal III-2018. Kerugian tersebut turun sebesar 48,62% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$222,04 juta.

Sponsored

Penurunan kerugian ini, terutama berasal dari pertumbuhan pendapatan yang mencapai 3,43% menjadi US$3,21 miliar. 

Adapun rincian pendapatan usaha tersebut adalah pendapatan dari penerbangan berjadwal sebesar US$2,56 miliar, pendapatan usaha dari penerbangan tidak berjadwal US$254,75 miliar, serta pendapatan lainnya US$397,96 juta.

Garuda Indonesia juga meraup keuntungan atas selisih kurs US$52,35 juta atau meningkat 226% dari tahun lalu sebesar US$16,04 juta.

Sementara untuk beban usaha, perusahaan berkode GIAA itu mencatat beban operasional mengalami peningkatan 8,6% menjadi US$2,02 miliar dari sebelumnya US$1,86 miliar.  

Beban pemeliharaan dan perbaikan juga naik menjadi US$345,2 juta sebelumnya US$330,8 juta. Sehingga total beban usaha meningkat 3,6% hingga akhir September menjadi US$3,35 miliar dari sebelumnya US$3,24 miliar.

Tingginya beban itu masih menyebabkan perusahaan masih mencatat rugi usaha US$70,82 juta. Kerugian usaha ini menurun 35,16% ketimbang tahun lalu sebesar US$109,22 juta. Sementara itu, total aset GIAA tercatat US$4,11 miliar per September 2018, naik 9,3% dari US$3,76 miliar per Desember 2017.

Berita Lainnya
×
tekid