sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Prospek saham Lion Air setelah IPO di Indonesia

Rencana maskapai penerbangan berbiaya murah Lion Air untuk IPO diproyeksi tak akan menarik bagi investor lantaran kinerja buruk.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Jumat, 22 Mar 2019 23:12 WIB
Prospek saham Lion Air setelah IPO di Indonesia

Rencana maskapai penerbangan berbiaya murah Lion Air untuk IPO diproyeksi tak akan menarik bagi investor lantaran kinerja buruk.

Manajemen PT Lion Mentari Airlines milik Rusdi Kirana tengah merancang penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di PT Bursa Efek Indonesia. Targetnya, Lion Air dapat mengantongi dana hingga US$1 miliar setara Rp14 triliun.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan rencana Lion Air untuk listing di pasar modal tidak lebih menarik daripada maskapai penerbangan lain yang telah lebih dulu go public

"Saya cermati secara umum untuk sektor aviasi atau penerbangan seperti Garuda Indonesia dan Air Asia, rata-rata memiliki kinerja kurang baik. Hal ini tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan tingginya biaya avtur," kata Nafan saat dihubungi Alinea.id, Jumat (22/3).

Menurut dia, pemberitaan buruk terkait dengan Lion Air menjadi salah satu alasan saham maskapai tersebut kurang menarik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Lion Air mempunyai cukup banyak sejarah kelam dalam perjalanan bisnis penerbangannya. 

Tragedi kecelakan yang masih membekas hingga saat ini, yaitu jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang Oktober 2018 silam. Kecelakaan tersebut hingga kini masih dalam penyeledikan dan bahkan dikaitkan dengan jatuhnya Boeing 737 di Ethiopia.

Namun, perusahaan dirasa mampu untuk mengembalikan nama baik Lion Air apabila manajemen mampu memperbaiki kinerja perseoran.

"Menurut saya, tragedi sudah tercatat dalam sejarah. Tetapi, pada dasarnya kalau kita belajar sejarah untuk melakukan evaluasi diri jadi sebuah individu semakin kuat semakin besar di masa yang akan datang dan memperbaiki kinerja ke depan. Sama halnya dengan Lion Air," ucap Nafan.

Sponsored

Untuk itu, komitmen Lion Air akan IPO patut diapresiasi. Nafan menilai, dengan aksi korporasi itu, perseroan akan lebih transparan dan terbuka kepada masyarakat umum, terlebih kepada calon investornya. 

"Yang penting jika Lion Air IPO kemudian menyediakan initial price-nya yang menarik dan murah. Nanti kan pelaku pasar melihat ini reasonable engga atau kemahalan. Kalau mahal kan nanti investor bakal menunda. Nah, kalau murah kan biasanya animo masyarakat cukup kuat," ujarnya.

Nafan menyebut, secara umum untuk industri penerbangan masih belum menarik untuk jadi wadah investasi. Menurutnya, industri ini memiliki biaya operasional yang cukup tinggi yang juga erat dengan kepercayaan konsumen.

Biaya operasional yang tinggi tersebut meliputi bahan bakar yang bergantung dari harga minyak dunia, biaya sumber daya manusia tinggi serta biaya-biaya operasional lain. Terlebih, industri penerbangan juga menjadi salah satu industri yang memiliki regulasi tinggi.

Kondisi tersebut menyebabkan industri penerbangan agak sedikit sulit untuk meraih laba dibandingkan dengan industri lain.

Senada, Analis Reliance Sekuritas Kornelis Wicaksono mengatakan rencana IPO yang dicanangkan Lion Air bakal kurang menarik.

"Situasi saat ini kurang mendukung untuk melakukan IPO terutama terkait nama Lion Air yang akhir-akhir ini memiliki banyak informasi negatif mengenai layanan, keselamatan dan terutama kecelakaan lima bulan lalu," ujar Kornelisnya secara terpisah.

Kunci keberhasilan IPO maskapai tersebut, kata Kornelis, berada pada startegi penjamin efek yang dipilih perseroan. Sehingga, investor tertarik untuk berinvestasi di Lion Air.

"Apakah mereka mampu menarik minat investor strategis. Namun di tengah banyaknya sentimen negatif mengenai Lion Air belakangan ini, saya rasa akan sulit untuk menemukan investor yang tertarik akan IPO ini," ucapnya.

Menurutnya, industri maskapai penerbangan di Indonesia mendapat sentimen negatif yakni upaya pemerintah untuk menurunkan harga tiket. 

"Namun di sisi lain, jika melihat kinerja GIAA yang lebih banyak rugi daripada untung sejak 2012 maka penurunan tiket akan berdampak negatif pada kinerja sektor maskapai penerbangan. Cara menyiasatinya yaitu bagi low cost carrier dengan mulai menerapkan bagasi berbayar seperti yang sudah banyak diterapkan di negara lain," ujar Kornelis.

Sebagai informasi, BEI sebelumnya menyambut rencana maskapai penerbangan Lion Air milik Rusdi Kirana untuk go public di pasar modal.

"Dokumen secara resmi belum diterima BEI. Bursa menyambut baik apabila perseroan segera merealisasikan rencana tersebut," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia pekan ini.

Berita Lainnya
×
tekid