sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

PTBA bukukan laba bersih Rp1,7 triliun di kuartal III-2020

Aset perusahaan per September 2020 tercatat berada di angka Rp24,5 triliun.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Jumat, 06 Nov 2020 14:19 WIB
PTBA bukukan laba bersih Rp1,7 triliun di kuartal III-2020

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berhasil mencetak kinerja positif hingga kuartal III-2020 meski terimbas pandemi Covid-19 dan turunnya harga batu bara dunia. Hingga September perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp1,7 triliun.

"Perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,7 triliun hingga 30 September 2020 dan dari sisi pendapatan, PTBA membukukan sebesar Rp12,8 triliun," kata Corporate Secretary PT Bukit Asam Tbk Apollonius Andwie, dalam keterangan tertulis, Jumat (6/11).

Selain itu, aset perusahaan per September 2020 tercatat berada di angka Rp24,5 triliun, dengan komposisi kas dan setara kas termasuk deposito berjangka (lebih dari tiga bulan) sebesar Rp6,1 triliun atau 25% dari total aset.

Meskipun demikian, kinerja PTBA hingga kuartal III-2020 masih terdampak oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi energi, akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan India. 

"Begitu juga dengan kondisi di dalam negeri yang menjadi pasar mayoritas PTBA. Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa dan Bali juga berdampak turunnya penyerapan batu bara domestik," ujarnya.

Dia melanjutkan, harga batu bara yang terus merosot selama tiga triwulan ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi perseroan. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara acuan (HBA) ini merosot sekitar 24% dari US$65,93 per ton pada Januari 2020 menjadi US$49,92 per ton pada September 2020. 

Dengan demikian, efisiensi merupakan salah satu strategi PTBA untuk menjaga dan mencatatkan kinerja positif  di tengah volatilitas harga dan berkurangnya permintaan pasokan batu bara. 

Beberapa strategi efisiensi yang telah dilakukan PTBA adalah dengan terus melakukan upaya penurunan biaya usaha dan biaya pokok produksi melalui penerapan optimalisasi design tambang

Sponsored

Sementara dari sisi produksi, PTBA mampu memproduksi 19,4 juta ton batu bara hingga September 2020 atau 77% dari target tahun ini yang telah disesuaikan menjadi 25,1 juta ton. 

Kinerja angkutan batu bara juga menunjukkan performa yang terjaga dengan kapasitas angkutan batu bara tercatat mencapai 17,7 juta ton. 

"Masih terjaganya kinerja operasional perusahaan hingga kuartal III-2020 tak lain merupakan hasil dari penerapan operational excellence yang berkelanjutan dan perluasan pasar yang menjadi strategi perusahaan dalam menjalankan bisnis di tahun ini," ucapnya.

Adapun, proses gasifikasi batu bara untuk percepatan peningkatan nilai tambah batu bara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terus menjalankan komitmennya sebagai pionir pengembangan usaha hilirisasi batu bara di Indonesia. 

Komitmen itu tercermin dari keseriusan PTBA mengembangkan hilirisasi batu bara, antara lain dengan rencana pembangunan pabrik pemrosesan batu bara menjadi dymethil eter (DME) yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.

Pabrik hilirisasi batu bara tersebut akan mengolah sebanyak enam juta ton batu bara per tahun dan diproses menjadi 1,4 juta ton DME yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG. 

Hadirnya DME sebagai bahan bakar alternatif bisa membantu menekan impor LPG dan menghemat devisa negara. Berdasar hitungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, potensi penghematan negara bisa mencapai Rp8,7 triliun.

Persiapan konstruksi proyek hilirisasi direncanakan dimulai pada pertengahan 2021 dan target operasi pada triwulan II-2024. Proyek hilirisasi ini juga telah disetujui Presiden Joko Widodo sebagai bagian dari Program Prioritas sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden No.18/2020. 

PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 

PLTU Sumsel-8 berkapasitas 2x620 MW merupakan proyek strategis PTBA dengan nilai mencapai US$ 1,68 miliar. PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35 ribu MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP). 

PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd. Progres pembangunan proyek PLTU yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara telah mencapai sebesar 55%. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada kuartal pertama 2022.

Sedangkan, pengembangan PLTS Bandara dengan AP II PTBA juga melakukan sinergi dengan PT Angkasa Pura II (AP II) dalam membangun dan mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bandar Udara Soekarno-Hatta.

PLTS kerja sama PTBA dan AP II tersebut berupa 720 solar panel system dengan photovoltaics berkapasitas maksimal 241 kilowatt-peak (kWp) dan terpasang di Gedung Airport Operation Control Center (AOCC).

PLTS di Gedung AOCC ini dibangun dan dikelola oleh PTBA yang juga menggandeng grup usaha PT LEN.

PLTS beroperasi penuh pada 1 Oktober 2020. Kesuksesan kerja sama PLTS ini mendorong PTBA dengan AP II untuk menjajaki pembangunan PLTS di sejumlah bandara-bandara 
lainnya yang dikelola AP II.

Di samping itu, PTBA pun berencana menggarap proyek pengembangan PLTS di lahan pasca tambang milik perusahaan yang berada di Ombilin, Sumatera Barat. 

Lahan tambang yang sudah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu world heritage ini akan terpasang PLTS dengan kapasitas mencapai 200 MW. 

Konstruksi PLTS dilakukan dalam dua tahap, dan pembangunan tahap pertama ditargetkan bisa rampung dengan kapasitas mencapai 100 Megawatt (MW). Pembangunan tahap I saat ini dalam tahap perencanaan dan studi.

Pembangunan tahap I ditargetkan rampung pada 2023 dan akan dilanjutkan pembangunan tahap II, sehingga total kapasitas PLTS bisa mencapai 200 Megawatt. 

Proyek angkutan batu bara

PTBA juga bekerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia mengembangkan proyek angkutan batu bara jalur kereta api dengan kapasitas 72 juta ton/tahun pada 2025.

Jalur baru tersebut adalah Tanjung Enim-Arah Utara dengan kapasitas angkut 20 juta ton/tahun, beserta fasilitas dermaga baru Kramasan yang direncanakan akan beroperasi pada 2024.

Di samping itu kapasitas angkut 5 juta ton/tahun telah berhasil dioperasikan pada Dermaga Kertapati sejak Triwulan I-2020 dan akan meningkat menjadi 7 juta ton/tahun pada 2021.

Sedangkan untuk jalur Tanjung Enim-Arah Selatan: Tarahan 1, pengembangan kapasitas jalur eksisting menjadi 25 juta ton/tahun; Tarahan 2, dengan kapasitas angkut 20 juta ton/tahun dan direncanakan beroperasi pada 2025.

PTBA juga mengembangkan kapasitas angkutan batu bara dengan Pelindo II dengan menandatangani Head of Agreement (HoA/Perjanjian Induk) dengan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) untuk pengembangan kapasitas angkutan batu bara dan/atau komoditas lainnya melalui sungai dan pelabuhan di Sumatera Selatan. 

Kerja sama pengembangan angkutan batu bara ini dilakukan untuk menyukseskan tujuan pembangunan koridor ekonomi Sumatera Selatan sebagai lumbung energi nasional.

Berita Lainnya
×
tekid