sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

E-commerce dan bangkitnya individual entrepreneur

Masyarakat yang bekerja sebagai pegawai profesional beralih menjadi pengusaha yang menjajakan dagangannya secara online. 

Ardiansyah Fadli
Ardiansyah Fadli Kamis, 31 Okt 2019 23:07 WIB
E-commerce dan bangkitnya individual entrepreneur

"Awalnya cuma sebagai tambahan, tapi akhirnya menjadi tumpuan," kata Nurul Khotimah saat berbincang dengan Alinea.id tentang bisnis onlinenya, Rabu (30/10) malam. 

Nunu, demikian panggilan akrabnya, menceritakan awal mula bisnis kerudungnya. Mahasiswi semester 7 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengaku, memulai bisnis Desember 2017 lalu tanpa merogoh modal sepeser pun.  

Nunu semula menjual dagangannya secara offline. Dia lalu menjajal pemasaran melalui media sosial Instagram hingga kemudian menggunakan salah satu platform  e-commerce. Saat itu pesanan mulai membanjir, apalagi platform e-commerce kerap memberikan promo gratis berupa ongkos kirim. 

"Jadi, konsumen senang karena mendapatkan gratis ongkos kirim ketika order," tutur Nunu.

Didominasi laki-laki

Peneliti Center for Middle Class Consumer Studies (CMCS) Yuswohady mengatakan kemudahan digital memicu kebangkitan individual entepreneur. Masyarakat yang bekerja sebagai pegawai profesional beralih menjadi pengusaha yang menjajakan dagangannya secara online

Kian menjamurnya platform e-commerce menjadi salah satu pendorongnya. Transaksi online juga semakin mudah dengan perkembangan pembayaran digital, seperti Go Pay, Ovo, dan DANA. 

"Kalau dulu berdagang membutuhkan ruko, toko, sekarang dengan adanya Tokopedia, Bukalapak justru mendorong para penjual untuk jualan di lapak mereka," Kata Yuswohady, saat dihubungi Alinea.id, Rabu (30/10).

Sponsored

Pendapatan menjadi faktor pendorong peralihan tersebut. Menjadi entepreneur disebut lebih banyak menghasilkan uang ketimbang gaji sebagai orang kantoran. Selain itu, masyarakat memilih menjadi pebisnis individu lantaran memiliki waktu yang lebih luwes. 

Menurut Yuswohady, perkembangan individual entepreneur diawali oleh ibu rumah tangga (IRT) yang terjun berjualan secara online menggunakan platform media sosial dan marketplace. Bukan tidak mungkin, nantinya justru banyak kepala rumah tangga yang mengundurkan diri dari kantornya dan memilih menjadi pedagang online

"Saya kira akan terjadi revolusi, saya bilang the rise of individual enterpreuner. Akan terjadi gelombang munculnya entepreuner individu, mikro, dan small yang punya karyawan tiga atau lima, atau bahkan tidak punya sama sekali," ujar Yuswohady.

Pendiri dan CEO Asosiasi Digital Entrepreneur Indonesia (ADEI) Bari Arijono mengatakan penjual atau merchant terbesar di marketplace saat ini didominasi oleh laki-laki. Komposisinya, pedagang laki-laki sekitar 54% dan sekitar 46% merupakan perempuan.

Kendati demikian, Bari mengatakan angka entepreneur di Indonesia saat ini masih kecil apabila dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan Singapura. Karakter masyarakat Indonesia yang tak berani mengambil risiko tinggi, tidak siap menjadi pengusaha dengan pendapatan tak pasti. 

Menurut Bari, masyarakat mengganggap berbisnis di marketplace belum dapat menjadi sumber pendapatan utama rumah tangga. Umumnya, individual entepreuner baru menjadikan marketplace sebagai sumber pendapatan tambahan. 

Tumbuh pesat

Sementara itu, perempuan masih banyak menjadi konsumen atau pembeli. Bari menyebut, kaum hawa merupakan penggerak ekonomi digital di Indonesia karena perilaku konsumtifnya.  

"Transaksi e-commerce saat ini sudah mencapai US$30 miliar atau Rp550 triliun didominasi oleh konsumen perempuan. Tanpa keberadaan perempuan, maka transaksi e-commerce tak akan sebesar itu, mungkin hanya setengahnya," ujar Bari. 

Perkembangan e-commerce ditopang oleh pesatnya pertumbuhan pengguna internet aktif di Indonesia. Hingga 2019, pengguna internet aktif di Indonesia berkisar 150 juta orang. Jumlah itu lebih dari separuh total populasi Indonesia yang sebanyak 267 juta jiwa. Bahkan, pengguna telepon genggam di Indonesia mencapai sekitar 350 juta jiwa.  

"Artinya, ada yang memakai dua sampai tiga handphone di Indonesia," kata Bari. 

Penggunaan internet aktif itu didominasi oleh sosial media seperti Facebook dan Instagram. Lalu sisanya untuk belanja online. 

Untuk sebarannya, mayoritas pengguna internet berada di Pulau Jawa, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta. Kemudian disusul oleh Sumatera dan Sulawesi. 

Platform e-commerce Tokopedia mengaku jumlah penjual atau merchant di lapaknya terus merangkak naik. Public Relations Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya mengatakan jumlah penjual di Tokopedia naik sebanyak 2 juta merchant di Oktober 2019 menjadi 6,6 juta dibandingkan September 2019 yang sekitar 6,4 juta.

"Artinya sejumlah pebisnis online merupakan pemula yang notabene adalah pegiat baru UMKM, mereka merupakan penyumbang perekonomian negara," kata Chandra saat dihubungi Alinea.id, Kamis (31/10).

Chandra menyebut, berdasarkan hasil riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), sebanyak 86,55% penjual di Tokopedia merupakan pedagang baru dan 94% termasuk dalam kategori ultra mikro atau penjualan dengan omzet di bawah Rp100 juta per tahun.

Head of Corporate Communications Bukalapak Intan Wibisono mengaku jumlah pelapaknya melejit  68% dibandingkan tahun lalu menjadi 5 juta pelapak di 2019. Pelapak di Bukalapak tersebar di 34 propinsi dan 492 kota di Indonesia dengan jumlah pelapak terbanyak ada di berbagai kota besar di Pulau Jawa dan Sumatera. 

"Dalam sehari terdapat lebih dari 2 juta transaksi di platform Bukalapak," kata Intan saat dihubungi Alinea.id, Rabu (30/10).

Raja e-commerce di Indonesia. Alinea.id

 

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid