sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Resmi diakuisisi, BTPN incar modal Rp30 triliun

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) mengincar modal Rp30 triliun dan menjadi lima bank terbesar setelah diakuisisi SMBC.

Sukirno
Sukirno Sabtu, 02 Feb 2019 01:49 WIB
Resmi diakuisisi, BTPN incar modal Rp30 triliun

PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. (BTPN) mengincar modal Rp30 triliun dan menjadi lima bank terbesar setelah diakuisisi Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC).

BTPN mengincar pertumbuhan modal tersebut hingga tahun 2021 agar bisa berekspansi sebagai Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV seperti lima bank raksasa lainnya di Indonesia.

Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan perusahaan yakin akan menumbuhkan kinerja secara signifikan di segmen ritel dan sasaran baru, segmen korporasi, agar laba yang ditahan dapat menambah modal secara signifikan. Dengan kata lain, BTPN mayakini dapat naik kelas ke BUKU IV dengan hanya bertumbuh secara organik. 

"Kami berharap, memperkirakan, jika kami tumbuh saja secara organik dari laba ditahan, dan kemungkinan di 2021, (masuk BUKU IV) tercapai," kata Ongki di Jakarta, Jumat (1/2).

Modal BTPN saat ini, setelah penggabungan dengan PT Sumitomo Mitsui Banking Corporation Indonesia (SMBCI), mencapai Rp25 triliun. Untuk mencapai bank BUKU IV atau kelompok bank modal terbesar di Indonesia, BTPN tinggal membutuhkan modal Rp5 triliun saja.

Jika BTPN berhasil menyamakan posisi dengan lima bank BUKU IV, perusahaan akan memilki keleluasaan untuk ekspansi bisnis di domestik, sekaligus mempermudah penetrasi ke pasar regional Asia Tenggara.

Akan tetapi, dalam waktu dekat ini, BTPN masih ingin mengoptimalkan bisnis perbankan di ritel dan korporasi setelah merger.

"Rencana kita adalah bagaimana kita ingin masuk dulu ke usaha kecil dan menengah dan kredit komersial, melayani segmen yang belum tersentuh. Setelah itu tercapai, kita ingin berperan di ASEAN, dan menjadi Qualified Asean Bank. Tapi kami belum berencana untuk membuka cabang di regional," ujar dia.

Sponsored

Saat ini, lima bank di Indoensia yang sudah menjadi BUKU IV adalah, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Central Asia Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT CIMB Niaga Tbk.

Adapun untuk target pertumbuhan laba tahun ini, Ongki masih enggan menyebutkan target tersebut. Sedangkan untuk target pertumbuhan kredit tahun ini, dia hanya mengatakan mengikuti perkiraan pertumbuhan kredit industri perbankan pada 2019. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan pertumbuhan kredit tahun ini sekitar 12%-14%. "Kami in line dengan industri," ujar dia.

Pada Jumat ini, PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) resmi beroperasi sebagai bank baru setelah "dikawinkan" dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI).

BTPN sebelum merger merupakan bank yang fokus pada penyaluran kredit kepada mass market (ritel), sedangkan SMBCI fokus pada segmen korporasi. Penggabungan ini, kata Ongki, akan membuat BTPN bergerak di kedua segmen dengan komposisi penyaluran pinjaman kepada segmen korporasi sebesar 50% dan kepada segmen ritel dan UKM sebesar 50%.

Selain itu, Ongki mengatakan, BTPN juga masih fokus pada bisnis pendanaan dan perbankan digital melalui produk mereka yaitu BTPN Wow! dan Jenius.

Kini, BTPN memiliki Rp189,92 triliun dan memasuki klasmen 10 bank terbesar di Indonesia. Adapun setelah aksi korporasi ini, kepemilikan saham SMBC di BTPN menjadi 97%. Sedangkan PT. Bank Central Asia Tbk sebesar 1,03%, dan sisanya dimiliki publik.

PHK karyawan

Sementara itu, Entitas baru BTPN menjamin tidak akan ada pemutusan hubungan kerja setelah aksi korporasi merger (penggabungan) dengan afiliasi bank raksasa asal Jepang SMBCI.

Ongki Wanadjati mengatakan hal itu dimungkinkan karena entitas lama BTPN dan SMBC memiliki segmen bisnis yang jauh berbeda, yakni masing-masing ritel dan korporasi, sehingga tidak ada tumpang tindih usaha yang kerap memicu pengurangan jumlah karyawan.

"Tidak ada PHK sama sekali. Tidak ada tumpang tindih fungsi sama sekali," kata Ongki.

Menurut dia, justru penggabungan ini menjadi stimulus bagi karyawan BTPN yang selama ini lebih banyak menekuni perbankan ritel, untuk mengembangkan kemampuan perbankan korporasi yang menjadi spesialis SMBC.

"Jadi tidak ada PHK, kantor cabang kami malah akan lebih aktif sekarang karena saat ini bisa melayani segmen korporasi," ujar Ongki. (Ant).

Berita Lainnya
×
tekid