sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rupiah berpotensi kembali melemah

Jika tidak ada sentimen positif yang dapat direspons dengan baik, rupiah berpotensi akan kembali melemah.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Senin, 01 Okt 2018 10:04 WIB
Rupiah berpotensi kembali melemah

Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada memprediksi, rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.936-Rp14.920 per dollar AS.

Menurutnya, tren pergerakan rupiah masih cenderung mendatar dan bahkan berpotensi kembali melemah, jika tidak ada sentimen positif yang dapat direspons dengan baik. 

Diharapkan rilis data-data ekonomi di awal pekan, mampu memberikan sentimen positif pada rupiah, serta mampu mengimbangi sejumlah sentimen yang memperkuat laju dollar AS. 

"Tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat rupiah kembali melemah," ungkap Reza pada risetnya, Senin (1/10).

Sekadar mengingatkan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS bergerak melemah sepanjang pekan lalu. Kombinasi faktor eksternal dan domestik menjadi penyebab kelesuan mata uang Tanah Air. 

Sepanjang pekan lalu, rupiah melemah 0,57% terhadap dollar AS secara point-to-point di pasar spot. Dollar AS kembali menembus level Rp14.900 per dollar AS untuk kali pertama sejak awal September.

Rupiah tidak sendirian, karena berbagai mata uang Asia juga melemah di hadapan greenback. Yen Jepang melemah 0,99%, yuan China melemah 0,18%, dollar Hong Kong melemah 0,24%, rupee India melemah 0,37%, dollar Singapura melemah 0,17%, dan ringgit Malaysia melemah 0,22%. 

Namun dengan depresiasi 0,57%, rupiah jadi mata uang dengan pelemahan terdalam kedua di Benua Kuning.  

Sponsored

Pada pekan lalu, dollar AS memang tak tertandingi. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia melesat hingga 1,02%.

Pergerakan negatif masih terjadi pada rupiah yang belum juga merespons kenaikan 7D-RR sebanyak 25 bps. Pola yang sama kembali terjadi, karena kenaikan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), tidak banyak berimbas pada rupiah. 

Di sisi lain, pergerakan dollar AS menguat seiring dengan melemahnya laju Euro setelah adanya sentimen negatif dari Italia. 

"Dikabarkan Italia meningkatkan perkiraan defisit anggarannya, sehingga memberikan kekhawatiran akan kondisi anggaran negara tersebut," ungkap Reza.

Tidak hanya itu, pelaku pasar melihat belum usainya perang pengenaan tarif impor dagang antara AS dan China, membuat permintaan akan mata uang safe haven masih meningkat, sehingga memperkuat laju dollar AS. 

"Selain itu, penguatan dollar AS juga didukung kenaikan sejumlah data-data ekonomi AS," pungkasnya.

Berita Lainnya
×
tekid