sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rupiah diharapkan rebound pekan ini

Rupiah diperkirakan akan bergerak rebound setelah laju dollar AS mengalami pelambatan.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Senin, 08 Okt 2018 10:17 WIB
Rupiah diharapkan rebound pekan ini

Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada, memperkirakan rupiah akan bergerak rebound setelah pelemahan yang terjadi. Dia memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran 15.182-15.169.

"Paling tidak, pelemahan menjadi terbatas mengingat pergerakan rupiah yang telah berada di area oversold-nya," ujar Reza, Senin (8/10).

Di sisi lain, pergerakan dollar AS pun terlihat melambat setelah dirilisnya angka pertumbuhan gaji (nonfarm payrolls) AS, yang naik di bawah ekspektasi.

"Diharapkan rilis tersebut dapat mengurangi tekanan terhadap rupiah. Tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen, yang dapat membuat rupiah kembali melemah," ujarnya.

Rupiah melemah tipis 0,07% di perdagangan pasar spot akhir pekan lalu. Sepanjang minggu kemarin, rupiah terdepresiasi 1,84% di hadapan greenback. Rupiah ditutup melemah ke posisi 15.183 per dolar AS, pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Menurut Reza, pergerakan rupiah masih mengalami pelemahan seiring belum adanya sentimen positif dari dalam negeri.

"Masih adanya kekhawatiran akan kembali meningkatnya laju dollar AS, seiring dengan adanya sejumlah data-data AS yang akan dirilis, membuat pelaku pasar mengambil posisi kembali pada dollar AS," imbuhnya.

Tidak hanya itu, kenaikan harga minyak mentah dunia dan kembali turunnya cadangan devisa, turut memicu pelemahan laju rupiah.

Sponsored

Adanya penilaian terhadap Indonesia sebagai negara nett import minyak, membuat Indonesia dinilai lebih banyak memerlukan dollar AS, sehingga akan menggerus devisa semakin banyak.

Adanya konsekuensi penurunan cadangan devisa dan potensi meningkatnya defisit transaksi berjalan, membuat Indonesia dikhawatirkan akan bernasib seperti Turki dan Argentina, yang mengalami krisis karena defisitnya tidak baik.

Adapun harga minyak mentah menjadi penyebab utama defisit pada neraca berjalan yang kian melebar. Pada kuartal II-2018, defisit transaksi berjalan mencapai angka 3% dari GDP, yaitu sebesar US$8 miliar, lebih tinggi dibanding dengan kuartal sebelumnya sebesar US$5,7 miliar atau 2,2% dari PDB.

Berita Lainnya
×
tekid