sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Rupiah hari ini diproyeksi Rp14.950-Rp15.030 per dollar AS

Kurs rupiah pada perdagangan hari ini diproyeksi bergerak pada rentang Rp14.950-Rp15.030 per dollar Amerika Serikat.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Rabu, 05 Sep 2018 04:57 WIB
Rupiah hari ini diproyeksi Rp14.950-Rp15.030 per dollar AS

Kurs rupiah pada perdagangan hari ini diproyeksi bergerak pada rentang Rp14.950-Rp15.030 per dollar Amerika Serikat.

Pergerakan kurs rupiah terhadap dollar AS pada Selasa (4/9) melemah cukup dalam. Hanya dalam satu hari, pelemahan rupiah merosot lebih dari 100 poin.  

Pada pembukaan pasar spot Selasa (4/9) dibuka pada Rp14.815 per dollar AS. Hingga akhirnya rupiah ditutup melemah pada Rp14.930 per dollar AS. Rupiah melemah hingga 115 poin hanya dalam satu hari atau turun 0,81% dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya.

Pelemahan rupiah didorong kuatnya sentimen global. Mulai dari sinyal kuat penaikkan suku bunga acuan oleh Federal Reserve/The Fed, anjloknya mata uang negara berkembang, hingga kondisi terbaru perundingan dagang antara AS dan Kanada.

Analis dari Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan kondisi terbaru tekanan krisis Turki dan Argentina yang merembet ke negara berkembang menimbulkan kekhawatiran para pelaku pasar global.

"Kondisi diperparah oleh rencana kenaikan Fed Fund Rate pada akhir September ini. Akibatnya investor melakukan flight to quality atau menghindari risiko dengan membeli aset berdenominasi dollar AS," ungkap Bhima kepada Alinea.id, Selasa (4/9).

Indikatornya dollar AS index naik 0,13% ke level 95,2. Dollar index merupakan perbandingan kurs dolar AS dengan 6 mata uang lainnya.

Sementara, dari dalam negeri kinerja perdagangan kurang optimal. Neraca perdagangan terus mengalami defisit. Ini berimbas juga pada defisit transaksi berjalan yang menembus 3% pada kuartal II-2018.

Sponsored

"Investor asing juga melepas kepemilikan surat utangnya. Yield spread antara SBN 10 tahun dan treasury bond melebar," ujarnya.

Lebih lanjut, Bhima menjelaskan, artinya pelemahan rupiah diproyeksi akan berlanjut hingga tahun depan dan menembus batas psikologis Rp15.000 per dollar AS. Untuk kembali ke Rp14.000 per dollar AS, hampir mustahil dalam waktu dekat.

"Tahun 2019 harus diwaspadai kebijakan bunga acuan Fed yang akan naik tiga kali lagi bisa memicu pelemahan kurs lebih dalam," kata Bhima.

Adapun tugas yang harus dilakukan pemerintah agar rupiah tidak terus melemah terhadap dollar AS. Bhima menyarankan agar Bank Indonesia untuk konsisten intervensi rupiah dengan cadangan devisa dan jika perlu menaikan bunga acuan dua kali lagi pada bulan ini dan November mendatang.

"Nah, yang kurang itu dari sisi fiskal alias pemerintah. BI jor-joran naikan bunga acuan tapi pemerintah agak terlambat akselerasi kebijakan. Buat pemerintah dorong kinerja ekspor industri dan cari pasar alternatif ekspor. Aturan teknis pengendalian impor diharapkan segera cepat keluar. Terakhir berikan banyak insentif bagi industri dalam negeri yang terkena imbas pelemahan rupiah," terang Bhima.

Bhima memprediksi, rupiah pada Rabu (5/9), berada pada level Rp14.950-Rp15.030 per dollar AS.

Pengaruh pada IHSG

Selain itu pelemahan rupiah berpengaruh juga terhadap laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pelemahan rupiah menjadi sentimen negatif bagi emiten sektor perbankan. Hampir semua emiten perbankan terdampar di zona merah.

Harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) yang turun paling dalam. Harga saham kedua bank BUMN ini anjlok lebih dari 3%.

Saham BBNI anjlok 4,36% menjadi Rp7.500 per saham. BBNI telah diperdagangkan 3.753 kali dengan volume 13,61 juta lembar saham, total transaksinya Rp103,52 miliar.

BBNI memiliki price to earning ratio (PER) 9,4x dengan kapitalisasi pasar Rp 139,86 triliun.

Saham BBTN anjlok 3,64% menjadi Rp2.650 per saham. BBTN telah diperdagangkan 3.156 kali dengan volume 27,34 juta lembar saham, total transaksinya Rp73 miliar.

BBTN memiliki price to earning ratio (PER) 9,85x dengan kapitalisasi pasar Rp 28,06 triliun.

Berita Lainnya
×
tekid