sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

"Situasi ini kami sebut masa bertarung untuk pulih"

Setelah ambruk pada kuartal II-2020  dengan minus 5,32%, ekonomi akan kembali terkoreksi.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Rabu, 23 Sep 2020 17:11 WIB

Dampak pandemi Covid-19 masih membayangi perekonomian nasional. Setelah ambruk pada kuartal II-2020  dengan minus 5,32%, pada kuartal III hal yang sama diramalkan juga akan terjadi.

Hanya saja, menurut Sekretaris Eksekutif Komite Penangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Raden Pardede, kontraksi ekonomi pada kuartal III-2020 tak akan separah kuartal II-2020. Pasalnya, sejumlah jaring pengaman pemerintah sudah ditebar dan mulai berjalan. Program-program seperti Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK), Jaminan Pengaman Sosial (JPS), dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JSK) menjadi kunci peredam pandemi effect.

"Ini jaring pengaman yang dibuat pemerintah untuk mengurangi dampak ke ekonomi. Tanpa ada intervensi pemerintah, dampaknya akan terjadi resesi yang luar biasa. Intervensi itu mengurangi dampak yang dalam itu," katanya dalam video conference, Rabu (23/9).

Dia mengatakan, situasi yang penuh ketidakpastian ini bergantung pada kondisi kesehatan masyarakat. Terjaganya kesehatan masyarakat, menandakan jalannya berbagai aktivitas, termasuk ekonomi.

Oleh karena itu, dia menggambarkan situasi yang sedang dihadapi saat ini sebagai masa-masa bertarung untuk pulih.

"Ini yang kami sebut masa bertarung untuk pulih. Harus ada adaptasi dan penyesuaian," ujarnya.

Pardede menjelaskan, medan pertarungannya adalah membangkitkan kembali indikator-indikator perekonomian yang terpuruk sepanjang 2020.

Dia mengungkapkan, meski kontraksi kuartal III-2020 akan lebih baik dibandingkan kuartal II-2020, namun pertumbuhan pada kuartal ketiga akan lebih buruk dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 3,3% secara kuartalan (qoq).

Sponsored

Prediksi membaiknya perekonomian pada kuartal III-2020, terlihat dari kinerja manufaktur yang semakin membaik. Hal ini terlihat dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur sebesar 50,8 pada Agustus 2020. Angka itu naik dibandingkan Juli 2020 yang berada di level 46.9 poin. 

Selain itu, dari sisi konsumsi, ritel, dan penjualan juga diklaim jauh lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada kuartal II-2020, konsumsi mengalami kontraksi sebesar 5,51% (yoy).

"Tapi jelas lebih baik dari kuartal kedua, dan jelas tidak akan lebih baik dari kuartal ketiga tahun lalu," ucapnya.

Pasar obligasi mulai pulih

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami tekanan sejak Maret lalu juga belum sepenuhnya pulih. Begitu pula dengan nilai tukar rupiah yang sempat melonjak menjadi Rp16.000 dari sebelumnya rata-rata Rp14.000 per dolar Amerika Serikat (AS).

Satu hal yang menunjukkan gejala perbaikan, lanjutnya, hanya terjadi untuk pasar obligasi. Yield surat utang negara (SUN) turun dari 8,5% pada masa awal pandemi menuju ke angka 6,8%.

"IHSG mengalami tekanan pada Maret akhir dan perlahan naik terus secara gradual, apakah sudah pulih total? Belum. Demikian juga nilai tukar rupiah. Lalu yield SUN kita pernah mencapai 8,5%, sekarang di level sekitar 6,8%. Jadi ada perbaikan," ucapnya.

Di samping itu, di tengah pertarungan untuk pulih dari dampak pandemi Covid-19 sejak Maret lalu, pemerintah masih harus mengantisipasi datangnya gelombang kedua atau second wave. Menurut Pardede, tanda-tanda kemunculan second wave mulai terlihat di sejumlah negara di Eropa dan bukan tidak mungkin juga akan dialami oleh Indonesia. 

"Potensi second wave itu ada dan terjadi di Eropa sekarang," tuturnya.

Oleh karena itu, Pardede menekankan situasi yang dihadapi Indonesia saat ini masih rawan, waspada, serta belum tertangani secara komprehensif. Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat mengedepankan protokol kesehatan dalam setiap aktivitasnya untuk melindungi kesehatan pribadi dan orang lain.

"Gelombang kedua ada, dia akan naik turun. Kalau vaksin ditemukan dan terdistribusi dengan baik, dan produktivitas masyarakat kembali normal, baru kita bisa mengatakan kita bisa menangani Covid-19," ucapnya.

Berita Lainnya
×
tekid