sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sri Mulyani: Pertahankan reputasi Indonesia jadi tujuan investasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia saat ini cukup tinggi.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Kamis, 02 Jan 2020 15:40 WIB
Sri Mulyani: Pertahankan reputasi Indonesia jadi tujuan investasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta reputasi Indonesia sebagai negara tujuan investasi khususnya di pasar modal dipertahankan. Sri mengatakan, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia saat ini cukup tinggi.

"Ini reputasi yang kita jaga dan pertahankan karena Indonesia ke depan butuh capital inflow, baik internasional dan masyarakat kita sendiri," katanya usai menghadiri pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (2/1).

Menurut Sri, Kementerian Keuangan bersama OJK, Bank Indonesia, hingga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) akan berupaya membangun stabilitas ekonomi bagi para investor.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu juga mengungkapkan aliran modal masuk ke Indonesia sangat dibutuhkan demi menggerakkan ekonomi.

IHSG tumbuh positif

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan meski selama 2019 perekonomian dunia terdampak perang dagang, namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tumbuh positif sebesar 1,7%.

Ia menyebut pertumbuhan itu moderat dengan IHSG yang ditutup 6.299,5 akhir tahun 2019.

Selain dari sisi pertumbuhan IHSG, Wimboh juga menyebut net sell investor asing di pasar saham meningkat cukup signifikan yaitu sebesar Rp50,7 triliun pada 2018 menjadi net buy Rp49,2 triliun tahun 2019 dan jumlah investor yang turut meningkat signifikan pada 2019.

Sponsored

Selain itu, lanjut Wimboh, penghimpunan dana di pasar modal terbilang cukup baik, yakni sebesar Rp166,8 triliun dengan 60 emiten baru dan tiga equity crowd funding.

Jumlah itu, lanjut dia, terbilang cukup stabil jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp166,1 triliun dengan 62 emiten baru.

"Hal ini menandakan bahwa kepercayaan pasar terhadap Indonesia dari investor masih cukup tinggi," katanya.

Wimboh melanjutkan tingginya kepercayaan pasar kepada Indonesia juga dikonfirmasi melalui publikasi Bloomberg yang melakukan survei terhadap 57 investor dan pedagang global dengan hasil Indonesia menempati peringkat tertinggi untuk tujuan investasi.

Ia menyebut capaian itu juga yang paling menjanjikan di antara negara-negara emerging market lain khususnya investasi di pasar saham dan surat utang.

"Ini dalam sejarah kita bisa mengalahkan Tiongkok dan India. Ini belum pernah terjadi sebelumnya," katanya.

Pengawasan pasar modal

Sementara itu, Sri Mulyani menyatakan pernyataan Presiden Joko Widodo yang ingin pasar modal dibersihkan dari praktik manipulasi saham harus segera diwujudkan.

Menurut Sri Mulyani, bersih-bersih saham gorengan tersebut bermanfaat untuk mendapatkan kepercayaaan investor. 

Sri juga menyebut integritas dari pasar modal berbasis tata kelola yang baik (good corporate governance) dan good market conduct menjadi sesuatu yang penting dan menjadi fondasi pasar modal Indonesia.

Dengan integritas tersebut, Sri Mulyani menyebut nantinya pemerintah juga akan mendapatkan manfaat dari hal tersebut. Sri mencontohkan, pemerintah akan mendorong instrumen-instrumen investasi seperti Dana Investasi Real Estate (DIRE) untuk pembiayaan di sektor properti maupun infrastruktur.

Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan BEI sudah melakukan terhadap praktik manipulasi saham.

Hasan mengatakan BEI telah memiliki direktorat khusus yang mengawasi transaksi tak wajar. Keberadaan direktorat ini bertujuan untuk menghilangkan dan meminimalisir praktik penciptaan harga tak wajar, melalui kemungkinan manipulasi harga dari pihak yang tak bertanggung jawab.

Dalam tiga hingga empat bulan ke belakang, kata Hasan, pihaknya juga sudah menindak tegas perusahaan yang memanipulasi laporan keuangan.

BEI juga disebut sudah melakukan seleksi yang ketat bagi perusahaan yang ingin melakukan pencatatan saham. Korporasi harus memenuhi kelengkapan administrasi, kecakapan kapasitas, kemampuan pengembangan usaha, dan tata kelola perusahaan.

"Beberapa perusahaan yang berminat mencatatkan saham dan ada di pipeline, sebagian di antaranya ada yang kami tolak karena alasan-alasan tadi," kata dia.

Berita Lainnya
×
tekid