sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Ada guncangan ekonomi dunia, Sri Mulyani ingatkan agar Indonesia tetap waspada

Proyeksi inflasi global diperkirakan hingga akhir tahun ini sebesar 8,8% dan di 2023 menurun jadi 6,5%. Level ini, masih tergolong tinggi.

Erlinda Puspita Wardani
Erlinda Puspita Wardani Jumat, 21 Okt 2022 15:37 WIB
Ada guncangan ekonomi dunia, Sri Mulyani ingatkan agar Indonesia tetap waspada

Volatilitas sejumlah komoditas utama dunia masih tinggi dan mendorong inflasi di banyak negara akibat harganya terus merambat naik. Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) inflasi di Inggris telah menyentuh 10,1% yang membuat bank sentral Inggris menaikkan suku bunga 200 basis poin (bps) sepanjang 2022 dan diperkirakan terus bertahan di level tinggi. Tingginya inflasi di Inggris juga kata Menkeu sudah memengaruhi politik di negara tersebut.

“Mulai dari menteri keuangannya diganti, sekarang perdana menteri Inggris juga turun. Ini menandakan kekacauan ekonomi dan keuangan telah berimbas pada politik,” kata Menkeu Sri Mulyani (Srimul) dalam konferensi pers APBN Kita, Jumat (21/10).

Di Amerika Serikat (AS) inflasi September berada di 8,2% dan membuat kenaikan Fund Fed Rate (FFR) menjadi 3,25% atau sudah naik 300 bps sepanjang 2022. Diperkirakan The Fed terus menaikkan suku bunga secara agresif hingga mencapai 4,5% di akhir tahun ini.

Kemudian di Brazil mengalami penurunan inflasi, sehingga inflasi Brazil saat ini di level 8,7% dengan suku bunga yang tetap merangkak naik menjadi 13,75%. Untuk Indonesia, Bank Indonesia (BI) baru saja menaikkan suku bunga acuan menjadi 4,75% atau naik lagi 50 bps dan menjadi kenaikan yang ketiga kalinya di tahun ini. Adapun inflasi Indonesia saat ini sudah di angka 6,0%.

“Ini adalah kondisi yang dihadapi seluruh negara-negara baik negara maju, emerging, maupun developing. Dengan inflasi yang tinggi, maka respons kebijakan moneter adalah menaikkan suku bunga dan mengetatkan likuiditas,” terang Srimul.

Srimul yakin jika kebijakan kenaikkan suku bunga dan pengetatan likuiditas terus dilakukan oleh AS melalui The Fed, maka akan berdampak pada perekonomian seluruh dunia. Dari perkiraannya, ekonomi global akan melemah sejalan dengan peningkatan berbagai risiko.

Perkiraannya tersebut berdasarkan dari proyeksi outlook ekonomi global oleh World Economic Outlook (WEO) International Monetary Fund (IMF) yang terus merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi global. Disebutkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia hingga akhir tahun ini hanya 3,2% year on year (yoy). Sedangkan di 2023 pada semester I diprediksi hanya mengalami pertumbuhan 3,7% yoy, dan makin turun di semester II yaitu, 2,8% yoy.

“Pesan yang muncul dari pertemuan tahunan IMF dan World Bank, dan pertemuan G20 Finance dan Central Bank, mengonfirmasikan situasi ekonomi dunia akan terus tertekan hingga 2023. Dan inflasi cenderung tinggi, walau diperkirakan tahun depan sedikit mengalami penurunan,” lanjutnya.

Sponsored

Proyeksi inflasi global diperkirakan hingga akhir tahun ini sebesar 8,8% dan di 2023 menurun jadi 6,5%. Level ini kata Srimul, masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan inflasi global dalam kurun waktu 10 tahun ke belakang.

Adapun proyeksi pertumbuhan ekonomi di tiga kawasan ekonomi terbesar dunia, Srimul merinci untuk kawasan AS diperkirakan turun di tahun ini sebesar 1,6% menjadi 1,0% di 2023. Pada kawasan Eropa juga serupa, menurun dari 3,1% menjadi 0,5%. Sedangkan China diproyeksi naik sedikit, walau tergolong menurun yaitu dari 3,2% jadi 4,4% di tahun depan.

“Untuk Indonesia, kita masih diproyeksikan oleh berbagai lembaga dunia cukup baik yaitu di sekitar 5%, namun kita tetap tidak boleh tidak waspada karena guncangan ekonomi ini sangat kencang dan besar. Jadi harus terus kita kelola dan waspadai dengan baik,” pungkasnya.

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid