sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sri Mulyani rancang strategi tahan pelemahan rupiah

Nilai tukar rupiah yang terus ambrol mencapai Rp15.183 per dollar Amerika Serikat, membuat Sri Mulyani merancang strategi menahan pelemahan.

Sukirno
Sukirno Jumat, 05 Okt 2018 21:21 WIB
Sri Mulyani rancang strategi tahan pelemahan rupiah

Nilai tukar rupiah yang terus ambrol mencapai Rp15.183 per dollar Amerika Serikat, membuat Sri Mulyani merancang strategi untuk menahan pelemahan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan sinyal adanya tambahan kebijakan yang akan dirumuskan pemerintah untuk mengantisipasi perkembangan dinamika global yang terus mempengaruhi depresiasi rupiah.

"Pemerintah terus menjaga fleksibilitas dan bersikap mau berubah dan memperbaiki formula kebijakan, kalau kondisi global terus bergerak," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Jumat (5/10).

Sri Mulyani mengatakan pemerintah bersama dengan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan terus memantau perkembangan ekonomi global yang terus bergerak dinamis dan menimbulkan sentimen kepada penguatan dollar AS.

"Kita lihat aspek ekonomi kita, apakah mampu menyerap dinamika yang terjadi, mulai dari kurs, capital inflow, neraca di lembaga keuangan, korporasi dan APBN. Termasuk kondisi di moneter dan riil, itu semua kita jaga," katanya.

Koordinasi ini juga dilakukan untuk penguatan kondisi ekonomi dalam negeri yang sudah diupayakan melalui perbaikan neraca transaksi berjalan, yang masih mengalami defisit, dengan menekan impor barang konsumsi maupun mendorong pemanfaatan B20.

Namun, pemerintah juga memastikan kemungkinan adanya perubahan formula kebijakan, apabila kondisi ekonomi global semakin sulit diprediksi, untuk memperkuat ketahanan fundamental dalam negeri dan tidak rentan dari tekanan eksternal.

"Terdapat beberapa konsekuensi dari tiap kebijakan, jadi makanya kita tetap berhati-hati dengan menyakinkan kondisi perbankan kita tetap baik," ujar Sri Mulyani.

Sponsored

Meski demikian, pemerintah juga akan memperkuat sisi fiskal dengan merumuskan APBN 2019 yang kredibel dan menyesuaikan dengan perkembangan global terkini agar dapat menjadi insentif untuk mendukung kinerja pembangunan.

Selain itu, pemerintah akan terus berkomunikasi dengan para pelaku usaha agar mau memanfaatkan momentum saat ini untuk mendorong kinerja ekspor agar dinamika global tidak berdampak negatif terhadap ketahanan perekonomian Indonesia.

Sikap bank sentral

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menyatakan terus berada di pasar guna memantau dan melakukan langkah stabilisasi pergerakan rupiah yang dalam beberapa hari terakhir mengalami pelemahan hingga menembus Rp15.000 per dollar AS.

"Kita terus berada di pasar. Tidak hanya memantau, tapi kita juga melakukan langkah stabilisasi sesuai mekanisme pasar, supaya supply and demand bergerak secara baik di pasar valas," kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta.

Perry menjelaskan, pelemahan rupiah saat ini memang terjadi karena menguatnya dollar AS yang diiringi kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah AS tenor 10 tahun (US-Treasury Bill) yang cukup tinggi yaitu menjadi 3,23%, untuk mengantisipasi hasil survei Michigan yang menyebutkan pertumbuhan lapangan kerja di AS lebih besar dari perkiraan.

"Ini memang menunjukkan ekonomi AS yang menguat dan karena itu dalam kondisi ini investor global preferance-nya invest di sana," ujar Perry.

Selain itu, lanjut Perry, ketegangan perang dagang AS dan China yang masih berlangsung serta faktor geopolitik di Eropa dan sejumlah negara lainnya, turut memengaruhi nilai tukar rupiah.

Bank sentral sendiri juga terus berkomunikasi dengan para pelaku baik di perbankan maupun sektor riil, serta para importir dan eksportir, untuk memastikan suplai dan permintaan valas di pasar berjalan dengan baik.

"Kami juga mempercepat persiapan teknis untuk berlakunya Domestic Non-Deliverable Forward atau NDF. Kan memang sudah berlaku secara ketentuan, tapi teknis operasionalnya perlu ada persiapan," kata Perry.

Bank sentral, katanya, juga terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan. (Ant).

Berita Lainnya
×
tekid