sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sri Mulyani: Surplus neraca perdagangan Oktober US$5,7 M

Capaian tersebut diklaim sebagai rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir.

 Ratih Widihastuti Ayu Hanifah
Ratih Widihastuti Ayu Hanifah Kamis, 25 Nov 2021 22:17 WIB
Sri Mulyani: Surplus neraca perdagangan Oktober US$5,7 M

Surplus neraca perdagangan nasional pada Oktober 2021 mencapai US$ 5.7 miliar dan diklaim rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Secara akumulatif Januari-Oktober 2021, surplus neraca perdagangan menembus US$30,8 miliar dan disebut tertinggi dalam 14 tahun terakhir.

Dalam telekonferensi pers pada Kamis (25/11), Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyatakan, kenaikan ini karena terkendalinya Covid-19. 

Dia lalu memerinci, ekspor migas meningkat menjadi 53,3 (yoy) didukung dengan kenaikan harga komoditas dan volume ekspor migas dan nonmigas 9,91 (mtm) dan 66,84 (yoy). Adapun ekspor nonmigas naik 6,75 (mtm) dan 52,75 (yoy).

"Bukan hanya ekspor, tetapi impor di neraca perdagangan juga tumbuh tinggi, 51,06% (yoy), terutama didorong impor barang modal dan bahan baku. Maka yang mengindikasikan ini menjadi menguatnya manufaktur," tuturnya.

Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2021 di atas 5%. Sementara itu, secara keseluruhan tahun diperkirakan bisa mencapai 3,5%-4%.

"Full year, kita perkirakan 3,5-4,0%. Ini artinya di kuartal IV tumbuh di atas 5%," katanya.

Sri Mulyani menyatakan demikian dengan dalih pemulihan ekonomi kembali terjadi yang terindikasi dari lonjakan pada PMI manufaktur Indonesia dan indeks keyakinan konsumen. 

“Realisasinya bahkan sudah lebih tinggi dari sebelum pandemi, jadi ini rekor sejak sebelum krisis," jelasnya.

Sponsored

Sri Mulyani menjelaskan, Indonesia saat ini menjadi salah satu negara yang perekonomiannya sudah kembali ke level prapandemi. Kilahnya, imbas berbagai langkah yang telah dilakukan pemerintah.

Asesmen Fitch pun disebutnya mengonfirmasi fundamental ekonomi Indonesia. “Di Fitch Ratings Asia, Indonesia sudah membaik di level stabil [sehingga] mengonfirmasi kondisi fudamental ekonomi Indonesia yang masih kita serta berprospek baik ke depannya," ujarnya.

"Kalau kita lihat ratings action-nya di tahun 2021 di posisi 39 rating downgrade, 21 revisi outlook negative, 17 rating upgrades, 14 revisi outlook positive, dan 32 revisi outlook stable," tambahnya.

Sri Mulyani melanjutkan, Fitch menilai perekonomian Indonesia sudah pulih dan didukung kebijakan penanganan pandemi yang membaik serta didorong penciptaan vaksinasi pemerintah.

Fitch sendiri memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 3,2% pada 2021 dan tahun depan sebesar 6,8%. Reformasi perpajakan diharapkan mampu membantu target defisit di bawah 3% pada 2022.

Berita Lainnya
×
tekid