sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sri Mulyani tegaskan komitmen Indonesia dalam menanggapi perubahan iklim

Tahun ini Indonesia mengalokasikan anggaran sebesar US$6 miliar atau setara Rp88,2 triliun untuk mendukung upaya penurunan emisi karbon.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Jumat, 09 Okt 2020 18:57 WIB
Sri Mulyani tegaskan komitmen Indonesia dalam menanggapi perubahan iklim

Setelah pada 2018 menerbitkan obligasi hijau senilai US$1,25 miliar, pada Juni lalu Indonesia kembali menerbitkan obligasi hijau senilai US$715 juta. Hal itu menegaskan komitmen pemerintah Indonesia dalam mengupayakan penyelamatan lingkungan lewat penerbitan obligasi hijau atau green bonds.

" Pada Juni, kami menerbitkan US$715 juta obligasi hijau, yang merupakan penerbitan terendah dalam setahun. Tetapi ini adalah hasil yang sangat bagus untuk komitmen kami sendiri, menangani masalah perubahan iklim dan meraih pembiayaan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam sambutan 7th OECD Forum on Green Finance and Investment, Jumat (9/10). 

Tak hanya itu, pada tahun ini pemerintah Indonesia mengalokasikan anggaran sebesar US$6 miliar atau setara Rp88,2 triliun untuk mendukung upaya penurunan emisi karbon.

Meskipun sebenarnya, anggaran tersebut hanya mencukupi 36% dari total dana yang dibutuhkan untuk menurunkan emisi karbon hingga 29% pada 2030. 

Di mana total dana yang dibutuhkan untuk mencapai komitmen pemerintah menekan gas emisi karbon hingga 29% di 2030 adalah senilai Rp3.461 triliun atau rata-rata Rp266,2 miliar per tahun. Hal itu telah tercantum dalam second Biennial Update Report (BUR-2) di 2018.

"Artinya masih ada gap 66% dari kebutuhan tersebut yang harus dikejar Indonesia agar memenuhi target pengurangan emisi nasional atau nationally determined contribution (NDC)," terang dia.

Oleh karena itu, Sri Mulyani meminta dukungan kepada para investor dan lembaga internasional untuk menggelontorkan dananya lewat instrumen hijau seperti green bonds yang telah diterbitkan oleh pemerintah Indonesia.

"Tentu saja, dengan menggunakan sumber daya kami sendiri tidak akan cukup. Alokasi anggaran kami hanya mencukupi sekitar 36% dari yang dibutuhkan. Kami butuh investasi yang memungkinkan untuk tetap memiliki komitmen pada kontribusi pada pengurangan CO2," ucapnya.
 

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid