sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Start up Telefast melantai di bursa

Telefast membidik dana untuk belanja modal tahun ini.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Selasa, 17 Sep 2019 13:25 WIB
Start up Telefast melantai di bursa

PT Telefast Indonesia Tbk. mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), hari ini (17/9). Emiten yang menawarkan solusi pengelola Sumber Daya Manusia melalui aplikasi ini mencatatkan sahamnya dengan kode TFAS.

Direktur Utama Telefast Jody Herdian mengatakan sebagai perusahaan start up, proses IPO ini tidak hanya berbicara soal sisi pendanaan perusahaan. Namun, bagaimana Telefast membangun fundamental perusahaan.

"Untuk proses IPO ini sudah ada standarnya dari sisi legalnya, sisi akuntansinya, pencatatannya harus bagaimana, pelaporan harus bagaimana. Dengan kami IPO, kami punya bisnis proses yang lebih kuat dan lebih baik," kata Jody di BEI, Jakarta, Selasa (17/9).

Telefast melepas sejumlah 416,66 juta unit saham mereka ke publik atau setara dengan 25% modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Dengan demikian, Telefast mendapatkan dana segar senilai Rp74,99 miliar dari skema penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO).

Pada pembukaan perdagangan hari ini, saham Telefast dibuka menguat 50% sebesar 90 poin ke level Rp270 per lembar saham. Saham Telefast diperdagangkan sebanyak 53 kali, dengan volume 20.488, dan dengan nilai Rp601,95 juta.

Direktur Keuangan Telefast Setiawan Parikesit mengatakan sekitar 70% dana hasil IPO tersebut rencananya akan digunakan untuk modal kerja, kemudian 25% untuk belanja modal tahun depan, dan sisanya 5% akan digunakan untuk investasi dalam SDM.

"Sementara itu untuk target kami tahun ini, proyeksi penjualan kami sebesar Rp687 miliar dan laba sebesar Rp19,7 miliar," kata Setiawan.

Untuk diketahui, Telefast mencatatkan penjualan sebesar Rp619,1 miliar pada tahun 2018, naik 101% dari sebelumnya Rp307,8 miliar pada 2017. Kemudian, laba bersih perusahaan pada 2018 juga tercatat mengalami kenaikan 530% menjadi Rp18,9 miliar, dari sebelumnya Rp3 miliar pada tahun 2017.

Sponsored

Perseroan menargetkan aplikasi HR-KU akan berkontribusi sebesar 55% bagi pendapatan perseroan dalam lima tahun ke depan. Untuk distribusi voucher akan berkontribusi sebesar 45% bagi pendapatan perseroan.

"Untuk saat ini, kontribusi terbesar sebesar 90% berasal dari distribusi voucher dan sisanya 10% berasal dari aplikasi kami," ujar Setiawan.

Berita Lainnya
×
tekid