sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Strategi PTBA tingkatkan penjualan batubara tahun depan

Gasifikasi menjadi salah satu cara PTBA meningkatkan penjualan di tahun 2019.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Sabtu, 29 Des 2018 14:35 WIB
Strategi PTBA tingkatkan penjualan batubara tahun depan

PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) telah menyiapkan sejumlah strategi bisnis untuk mendorong peningkatan penjualan batu bara tahun depan. Salah satunya melakukan pengembangan usaha melalui pemanfaatan batu bara dengan gasifikasi, atau proses perubahan bahan bakar padat secara termokimia menjadi gas.

Direktur Pengembangan Usaha PTBA Fuad Iskandar Zulkarnain Fachroeddin mengatakan, pihaknya akan memulai gasifikasi dengan penandatanganan Head of Agreement.

Penandatanganannya akan dilakukan dengan PT Pertamina (Persero), Pupuk Indonesia, dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA). Nantinya, batu bara akan diubah menjadi Urea, DME, dan polypropelene (UDP).

Proses gasifikasi batu bara ke UDP ini akan dilakukan di Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE), di Tanjung Enim, Sumatra Selatan.

"Saat ini, masih dalam proses visibility study dan ditargetkan mulai pada akhir maret 2019," ujar Fuad di Jakarta.

Selain itu, PTBA juga telah menandatangani MoU dengan Pertamina dan Air Products, pada awal November 2018, terkait rencana gasifikasi batu bara yang akan dilakukan di Peranap, Riau. Saat ini masih dalam proses uji kelayakan atau visibility study dan diharapkan rampung di Juni 2019.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, setelah uji kelayakan, akan dilakukan uji kelayakan pendanaan (bankable feasibility study). Jika layak, proyek ini akan terus berjalan.

Karenanya, Arviyan belum bisa memastikan nilai investasi untuk proyek hilirisasi itu, sebelum ada hasil dari studi kelayakan yang dilakukan. "Bankable feasibility study, untuk meyakini proyek ini go or not go, layak atau tidak layak," katanya.

Sponsored

Bukit Asam berharap, pabrik gasifikasi di Peranap bisa beroperasi tahun 2022. Adapun kapasitas pabrik mencapai 400 ribu ton dimethyl ether (DME) per tahun, dan 50 mmscfd SNG.

Selain gasifikasi, untuk meningkatkan penjualan batu bara, PTBA telah menyiapkan sejumlah ekspansi bisnis. Salah satunya menjalin kerjasama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI), untuk mengembangkan jalur batu bara dengan kapasitas angkut 60 ton per tahun. Kerjasama dilakukan sampai dengan 2023. 

Fuad menjelaskan, proyek jalur pengangkutan batu bara ini memiliki empat tujuan. Pertama adalah dari Tanjung Enim ke Dermaga Kertapati, Palembang. Kapasitasnya 5 juta ton per tahun dan ditargetkan rampung pada Semester II 2019. "Progresnya saat ini sudah di atas 50%," ujarnya.

Kedua, tujuan Tanjung Enim menuju Pelabuhan Tarahan I, Lampung. Fuad mengatakan, kapasitas di pelabuhan ini sebesar 25 juta ton per tahun dan ditargetkan rampung pada akhir 2019 hingga awal 2020. Ketiga, PTBA juga sedang melakukan proses visibility study, dari arah utara Tanjung Enim ke Pelabuhan Prajin, yang jaraknya sekitar 39 kilometer. Kapasitasnya 10 juta ton per tahun dan ditargetkan kelar pada tahun 2022.

Selain itu, lanjut Fuad, pihaknya tengah melakukan inisiasi untuk tujuan dari Tanjung Enim menuju pelabuhan Tarahan II, Lampung, yang kapasitasnya sebesar 20 juta ton per tahun. Proyek ini ditarget selesai pada tahun 2022. "Jadi total kapasitas pelabuhan menjadi 60 juta ton per tahun," sambungnya.

Sementara itu, mengutip laporan keuangan perusahaan, laba perusahaan pada kuartal III-2018 mengalami lonjakan 50% atau senilai Rp3,93 triliun. Hal ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan usaha PTBA senilai Rp16,04 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar 21% dibanding tahun lalu.

Penjualan produksi batu bara menjadi penopang PTBA meningkatkan pendapatan usaha dan laba bersih. Hingga 2018, volume produksi batu bara mengalami kenaikan sebesar 16%  atau 19,68 juta ton.

Berita Lainnya
×
tekid