sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Surya Esa Perkasa rugi Rp485,7 miliar selama 2020

Penurunan kinerja disebabkan oleh pelemahan harga serta penurunan produksi amonia di tahun 2020 akibat Covid-19.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Senin, 22 Mar 2021 15:14 WIB
Surya Esa Perkasa rugi Rp485,7 miliar selama 2020

Perusahaan yang bergerak di sektor energi dan kimia, PT Surya Esa Perkasa Tbk. (ESSA) mencatatkan penurunan pendapatan 21% pada 2020, menjadi US$175,5 juta atau setara dengan Rp2,537 triliun (kurs Rp14.456/US$). Pada 2019, Surya Esa Perkasa mencatatkan pendapatan US$221,9 juta.

Selain mengalami penurunan pendapatan, perseroan juga mencatatkan rugi bersih senilai US$33,6 juta atau Rp485,7 miliar. Penurunan kinerja ini terjadi akibat adanya pelemahan harga serta penurunan produksi amonia di tahun 2020 akibat Covid-19.

Dari sisi kinerja operasionalnya, emiten berkode ESSA ini mencatatkan produksi LPG sebesar 61.448 metrik ton (MT) atau turun 17,9% dari 74.871 MT di 2019. Kemudian, produksi kondensat perseroan tercatat sebesar 139.961 barel atau turun 15,1% dari 164.948 barel di 2019. Produksi amonia ESSA tercatat sebesar 659.734 MT atau turun 13,9% dari 766.988 MT di 2019. 

Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ESSA Vinod Laroya mengatakan, ESSA bakal meningkatkan kinerjanya seiring dengan pemulihan harga dan permintaan di pasar global. ESSA melihat ada potensi kenaikan yang signifikan untuk mengembangkan amonia biru.

"Meskipun harga amonia mengalami penurunan secara signifikan akibat dampak Covid-19 yang mengakibatkan pelambatan di tahun 2020, tetapi menurut kami pasar Amonia relatif mampu bertahan terhadap pandemi," kata Vinod dalam keterangan resminya, Senin (22/3). 

Hal ini, lanjut dia, ditunjukkan dengan adanya kenaikan kembali harga amonia secara tajam sejak Januari 2021, didorong oleh masalah hambatan pasokan. Selain itu juga ditopang oleh permintaan yang mulai pulih.

Sebagai informasi, amonia banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan pupuk, plastik, dan bahan kimia di seluruh dunia. Namun, perkiraan permintaan amonia saat ini belum mempertimbangkan peran amonia sebagai bahan bakar masa depan karena kandungan hidrogennya yang tinggi, nol emisi CO2 pada saat pembakaran, serta pengiriman logistik yang dapat diandalkan.

Adapun pada 18 Maret 2021 lalu, ESSA melalui anak usahanya PT Panca Amara Utama, telah menandatangani MoU tentang Pengumpulan, Pemanfaatan dan Penyimpanan Karbon (Carbon Capture, Utilization & Storage/CCUS) bersama dengan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC), Mitsubishi Corporation (MC), dan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk mengembangkan produksi amonia rendah karbon atau dikenal sebagai amonia biru di Indonesia.

Sponsored
Berita Lainnya
×
tekid