sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Swasembada bawang putih hadapi sejumlah tantangan

Swasembada bawang putih ditargetkan bisa tercapai pada 2021.

Nanda Aria Putra
Nanda Aria Putra Rabu, 29 Mei 2019 17:09 WIB
Swasembada bawang putih hadapi sejumlah tantangan

Pemerintah menargetkan mampu mencukupi kebutuhan atau swasembada bawang putih pada tahun 2021. Kendati demikian, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai target tersebut.

Ketua Tim MoU Kadin dengan kementerian Pertanian Iman Khoiruman mengatakan, tantangan terberat adalah biaya produksi yang memberatkan petani. Kementerian Pertanian telah mengeluarkan petunjuk teknis (juknis) penanaman bibit bawang putih. Untuk satu hektare lahan dibutuhkan 500 kilogram (kg) bibit dengan total hasil panen 6 ton. 

Sementara harga satu kilogram bibit sebesar Rp75.000. Harga bibit ini masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan harga bibit serupa di China yang hanya Rp 30.000-Rp35.000 per kg.

“Jadi, biaya produksi, termasuk bibit, di sini sekitar Rp50 juta untuk satu hektare),” kata Iman saat ditemui dalam pembukaan Bazar Ramadan Kadin Indonesia di Pasar Santa, Jakarta, Rabu (29/5). 

Iman mengklaim petani keberatan dengan harga bibit yang mahal. Untuk meringankan beban petani dibutuhkan peran serta swasta. "Ongkos produksinya terlalu tinggi," ujar Iman. 

Di samping harga bibit yang mahal, berbagai risiko juga mungkin dialami petani saat budidaya bawang putih. Untuk satu hektare lahan, petani hanya bisa menghasilkan 6 ton bawang putih basah. Jika dikeringkan jadinya hanya sekitar 3 ton sampai 4 ton. 

“Bibitnya juga belum pasti 500 kilogram. Karena faktor hama atau busuk bibit harus diganti, bisa saja jadi 700 kilogram," jelasnya. 

Selain itu, Indonesia juga belum bisa menerapkan mekanisasi pertanian seperti di negara lain, seperti China. Hal ini, kata dia, karena kondisi geografis Indonesia yang berbukit dan berlereng-lereng. 

Sponsored

Sebaliknya, China dapat mengoptimalisasi produk bawang putih. Untuk satu hektare lahan, China dapat menghasilkan 25 ton bawang putih.

Untuk dapat menanam bawang putih dengan baik seperti itu, kata Iman, dibutuhkan ketinggian minimal 800 meter di atas permukaan laut dan sumber air yang cukup. "Mekanisasi itu bisa berjalan di daerah subtropis dengan kondisi lahan yang datar," ucapnya. 

Kendala selanjutnya adalah waktu produksi yang sangat panjang. Sekali panen membutuhkan waktu sekitar 120 hari atau empat bulan. Setelah panen, lahan yang sama tidak dapat langsung dipakai menanam bawang putih. Jadi mesti diselingi tanaman lain untuk mengembalikan unsur haranya. 

“Jadi setahun hanya bisa panen dua kali,” kata dia.

Kewajiban tanam

Meskipun demikian, Iman tetap optimistis Indonesia akan mencapai swasembada bawang putih di tahun 2021 dengan mencukupi kebutuhan 500.000 ton. "Kita tentu harus optimis ya, pemerintah pasti memiliki strategi dan mekanisme untuk mengejar target tersebut," tandasnya.

Beberapa daerah telah disiapkan untuk menjadi sentra produksi bawang putih seperti Samosir, Sumatera Utara; Kecamatan Sembalun, Lombok Timur; Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat; Batang, Jawa Tengah, Batu, Malang, Jawa Timur; dan Solok, Sumatera Barat.

Iman juga mengatakan target swasembada bisa dicapai salah satunya dengan mewajibkan importir untuk menanam bawang putih sebesar 5% dari kuota yang diimpor. Kewajiban tanam bawang putih itu harus dipenuhi importir untuk mendapatkan Rekomendasi Impor Produk Holtikultura (RIPH) dari pemerintah.

Hasil panen dari pengimpor tersebut nantinya akan difokuskan untuk pengembangan bibit karena tingginya harga bibit bawang putih yang ada di Indonesia. 


 

Berita Lainnya
×
tekid