sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tak hanya kurangi emisi, mobil listrik juga lebih hemat dari BBM

Mamit menjelaskan 1 liter BBM dengan jarak tempuh 10 km maka akan dihasilkan  2,6 kg CO2.

Anisatul Umah
Anisatul Umah Minggu, 03 Apr 2022 10:20 WIB
 Tak hanya kurangi emisi, mobil listrik juga lebih hemat dari BBM

Pemerintah memiliki target bauran energi 23% di tahun 2025 dan 29% di tahun 2030 dengan usaha sendiri, dan 41% dengan bantuan internasional. Selain itu ada juga target net zero emission (NZE) pada tahun 2060 yang akan datang.

Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan untuk mencapai target tersebut dibutuhkan upaya yang tidak mudah, serta komitmen yang kuat dari pemerintah.

Dia menjelaskan salah satu upaya untuk mencapai target tersebut adalah dengan meningkatkan populasi mobil listrik di Indonesia. Menurutnya dengan mendorong populasi mobil listrik emisi gas rumah kaca akan berkurang secara signifikan.

"Jika tidak ada upaya untuk mengurangi populasi mobil konvensional, maka sektor transportasi akan menyumbang sebesar 0.28 milyar tCO2e/tahun dan 0.86 milyar tCO2e/tahun pada 2060," ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Alinea.id, dikutip Minggu (03/4).

Mamit menjelaskan 1 liter BBM dengan jarak tempuh 10 km maka akan dihasilkan  2,6 kg CO2, sedangkan untuk 1 kWh  mobil listrik dengan jarak tempuh 10 km menghasilkan 1,27 kg CO2.

"Selain dari emisi CO2 yang dihasilkan lebih sedikit, biaya yang dikeluarkan untuk 1 kWh hanya sebesar Rp 1.500 setara dengan 1 liter BBM seharga Rp12.500. Jadi, harganya lebih murah dan masyarakat bisa lebih berhemat," jelasnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, melalui pemanfaatan mobil listrik  bisa mengurangi impor BBM yang saat ini jumlahnya sangat signifikan.

"Saat ini produksi minyak dalam negeri hanya di angka kurang lebih 700 ribu BOPD sedangkan konsumsi BBM nasional sudah mencapai 1.4 juta BOPD.  Hal ini akan meningkatkan defisit neraca perdagangan semakin lebar," lanjutnya.

Sponsored

Impor BBM saat ini sangat besar dan kondisi ini menurutnya bisa menekan mata uang rupiah terhadap dollar AS dan juga bisa menyebabkan terjadinya inflasi akibat kenaikan harga barang karena pelemahan mata uang rupiah ini.

Sehingga, kata Mamit, diperlukan  adanya dukungan yang kuat dari pemerintah agar mobil listrik ini terus meningkat jumlahnya.

Permasalahan mobil listrik saat ini menurut dia adalah harga yang masih mahal serta desain yang belum diminati oleh masyarakat Indonesia yang lebih menyukai MPV dan dapat memuat penumpang dengan jumlah yang banyak.

"Perlu adanya kebijakan fiskal agar mobil listrik bisa menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, jika memungkikan pemerintah bisa memberikan stimulus bagi masyarakat yang akan membeli mobil listrik sehingga semakin menarik untuk menggunakan mobil listrik," tegasnya. 

Berita Lainnya
×
tekid