sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tantangan ekonomi Indonesia untuk presiden terpilih

Salah satu tantangan ekonomi yang harus dihadapi adalah stabilitas makro ekonomi jangka pendek.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Senin, 22 Apr 2019 12:00 WIB
Tantangan ekonomi Indonesia untuk presiden terpilih

Masalah deindustrialisasi

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam debat kelima menyinggung deindustrialisasi di Indonesia. Deindustrialisasi merupakan penurunan kontribusi sektor manufaktur alias industri pengolahan nonmigas terhadap PDB.

Bhima mengatakan, deindustrialisasi memang nyata terjadi. Namun, hampir seluruh negara berkembang memang mengalaminya. Di Indonesia, kata dia, yang terjadi adalah deindustrialisasi prematur.

“Artinya, terlalu cepat turun industrinya. Belum matang kemudian turun, langsung loncat ke sektor jasa, sehingga pertumbuhannya tak berkualitas,” ujar Bhima.

Indikatornya, kata Bhima, bisa dilihat dari porsi kontribusi industri manufaktur terhadap PDB. Merujuk data dari World Bank, pada 2002 kontribusi industri manufaktur Indonesia pada PDB mencapai 31,9%. Lalu, kontribusi industri manufaktur ini terus menurun hingga ke titik 20,1% terhadap PDB pada 2017.

Kondisi ini bisa berdampak terhadap bonus demografi Indonesia pada 2030 hingga 2040. Menurut Bhima, ketika angkatan muda Indonesia meningkat di usia produktif, kelak lapangan kerja tak tersedia.

“Karena industri manufaktur ini kan serapan tenaga kerjanya salah satu yang terbanyak, selain dari pertanian. Ini yang harus kita cermati,” kata Bhima.

Sejumlah kapal melakukan bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (18/3). /Antara Foto.

Sponsored

Pemerintah, kata Bhima, bisa melakukan beberapa hal untuk menjawab tantangan deindustrialisasi. Pertama, secara struktural mengarahkan semua kebijakan untuk proindustri. Salah satunya, evaluasi kawasan ekonomi khusus yang masih sepi.

Selanjutnya, kata Bhima, infrastruktur diarahkan untuk menurunkan biaya logistik, terutama dari kawasan industri ke pelabuhan. Dengan begitu, produk industri bisa berdaya saing.

Kemudian, mengurangi hambatan nontarif untuk industri yang berorientasi ekspor. Menurutnya, hal ini menjadi tugas bersama antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri.

“Agar hambatan tarif dan nontarif bisa dikurangi,” ujar Bhima.

Terakhir, Bhima menyarankan untuk mengevaluasi 16 paket kebijakan ekonomi. Alasannya, 16 paket kebijakan ini banyak yang belum menyelesaikan masalah industri.

“Jadi harus dievaluasi total. Termasuk janji harga gas industri murah yang sampai sekarang belum terealisasi,” ujarnya.

Iklim investasi

Bagaimana dengan iklim investasi? Usai Pemilu 2019, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat ke level 6.507. Menurut analis dari Panin Sekuritas, William Hartanto, IHSG menguat lantaran pasar mendukung Joko Widodo dengan program kerjanya melanjutkan pembangunan.

Sebagaimana diketahui, calon presiden pertahana Joko Widodo bersama pasangannya Ma’ruf Amin, dari sebagian besar quick count alias hitung cepat unggul terhadap penantang mereka, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.

“Iklim investasi masih cerah, bisa lirik sektor konstruksi dan infrastruktur. Pelemahan ekonomi global mereda, setelah GDP (gross domestic product) China membaik. Jadi sentimennya positif,” kata William saat dihubungi, Sabtu (20/4).

Foto udara Pelabuhan Talang Duku dan tempat penimbunan batu bara di kawasan industri Talang Duku, Muarojambi, Jambi, Rabu (10/4). /Antara Foto.

Di sisi lain, Bhima pun mengatakan, usai pemilu investor asing membeli bersih saham sekitar Rp1,18 triliun. “Ini merupakan langkah yang cukup besar. Tapi kalau kita bicara soal investasi jangka panjang atau foreign direct investment (FDI), ini yang menurut saya masih akan rendah tahun ini,” ujar Bhima.

Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), total realisasi investasi penanaman modal asing pada 2018 sebesar Rp392,7 triliun, turun 8,8% dibandingkan realisasi investasi penanaman modal asing pada 2017 sebesar Rp430,5 triliun.

Menurut Bhima, hal ini menjadi salah satu catatan jika investasi langsung butuh kebijakan-kebijakan yang struktural dan jangka panjang. Bukan sekadar sentimen positif di pasar modal.

Sementara itu, William menyarankan investor berinvestasi di sektor konstruksi infrastruktur, seperti Wijaya Karya, Adhi Karya, Waskita Karya, dan Pembangunan Perumahan. Sedangkan untuk investasi di sektor industri manufaktur, tren sahamnya masih belum menunjukkan penguatan.

Pemilu pun memengaruhi saham milik kedua kubu yang berkompetisi. William mencontohkan, saham Saratoga Investama Sedaya milik calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno yang anjlok.

Beberapa tantangan ekonomi siap menanti presiden baru.

“Betul hal tersebut karena hasil hitung cepat. Karena sentimen negatif biasanya lebih lama, maka saham tersebut disarankan wait and see,” ujar William.

Sedangkan saham Mahaka Media milik Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, Erick Thohir yang menguat, William juga melihatnya sebagai dampak hitung cepat pemilu.

“Karena beliau adalah tim sukses Jokowi, maka kemenangan Jokowi akan membawa dampak positif bagi pendukungnya,” katanya.

Berita Lainnya
×
tekid