sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Tertinggal dari Jawa, industri di wilayah timur Indonesia dipacu

Pemerintah memproyeksi terjadi peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas di luar Jawa sebesar 60% dibanding di Jawa.

Laila Ramdhini
Laila Ramdhini Minggu, 24 Feb 2019 10:35 WIB
Tertinggal dari Jawa, industri di wilayah timur Indonesia dipacu

Pemerintah akan menggenjot pertumbuhan industri di wilayah timur Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan dari Pulau Jawa. Industri manufaktur akan menjadi andalan di timur Indonesia. 

“Kami mengakselerasi pembangunan kawasan industri di luar Jawa. Hingga saat ini progres dan kontribusinya mulai mengalami peningkatan signifikan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan resmi kepada Alinea.id, Minggu (24/2).

Airlangga menjelaskan pengembangan kawasan industri baru di luar Jawa diarahkan pada sektor manufaktur berbasis sumber daya alam. Upaya ini merupakan penerapan kebijakan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku di dalam negeri.

“Ini sesuai amanat Presiden Joko Widodo. Kami memproyeksi akan terjadi peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan nonmigas di luar Jawa sebesar 60% dibanding di Jawa,” tandasnya.

Di Indonesia bagian timur, pada periode 2015-2017, kawasan industri (KI) yang telah beroperasi yakni KI Morowali dan Palu (Sulawesi Tengah), KI Bantaeng (Sulawesi Selatan), dan KI Konawe (Sulawesi Tenggara). Semua kawasan industri tersebut, masuk dalam proyek strategis nasional (PSN).

“Untuk kawasan industri di Morowali, Bantaeng, dan Konawe, kami fokuskan pada industri berbasis pengolahan nikel. Sedangkan, di Palu sebagai klaster industri yang berbasis olahan rotan dan agro,” ujar Airlangga. 

Sementara, kawasan industri yang sedang tahap konstruksi dan dikebut pembangunannya yakni di Bitung, Sulawesi Utara. Kawasan Ekonomi Khusus yang ditargetkan bisa beroperasi pada 2019 ini, akan difokuskan untuk pengembangan industri pengolahan perikanan dan kelapa beserta produk turunannya yang diminati pasar domestik dan ekspor.

Industri di Papua

Sponsored

Airlangga menyebut pemerintah juga mendorong percepatan pembangunan kawasan industri Teluk Bintuni di Papua Barat. Langkah yang akan dilakukan melalui skema kerja sama Permerintah dan Badan Usaha (KPBU) atau lazim disebut Public Private Partnership (PPP). 

“Kawasan industri Teluk Bintuni akan difokuskan untuk pengembangan industri petrokimia. Apalagi juga menjadi proyek strategis nasional,” tuturnya.

Sementara, Airlangga mengungkapkan, wilayah Papua berpotensi dalam pengembangan industri turunan komoditas tambang. Sebab, Papua kaya akan sumber daya alam. 

“Misalnya di Timika, yang basisnya adalah tambang copper (tembaga). Nanti kami cari untuk produk turunannya. Selain itu, di Papua Barat, ada potensi pabrik semen,” ungkapnya.

Mengenai permintaan beberapa pihak agar ada penetapan kawasan industri khusus di Papua, Airlangga menilai, hal tersebut bisa direalisasikan di Timika, Kabupaten Mimika. 

Selain itu, kata Airlangga, tidak tertutup kemungkinan bagi pemerintah untuk mendorong tumbuhnya industri sektor manufaktur pengolahan kopi, sagu, dan buah merah di Papua. 

“Skema yang paling tepat untuk membangun industri di Papua adalah dengan mendorong masuknya investor, baik dari dalam maupun luar negeri,” tuturnya. 

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Papua mengungkapkan, pada 2018 perekonomian Papua tumbuh 7,33%. Angka tersebut meningkat jika dibanding tahun sebelumnya yang hanya tumbuh 4,64%. Pertumbuhan tersebut didorong oleh seluruh lapangan usaha. 

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 10,52%, lalu didukung oleh produksi bijih logam yang cukup tinggi. Sektor usaha lain yang mendorong pertumbuhan ekonomi Papua antara lain usaha transportasi dan pergudangan yang tumbuh 8,16%.

Berita Lainnya
×
tekid