sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

The Fed agresif, probabilitas kenaikan suku bunga BI meningkat

Kenaikan The Fed akan membuat probabilitas kenaikan BI 7-Day BI7DRR meningkat.

Anisatul Umah
Anisatul Umah Selasa, 22 Mar 2022 15:32 WIB
The Fed agresif, probabilitas kenaikan suku bunga BI meningkat

Bank Indonesia (BI) memproyeksikan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed akan agresif di dalam menaikkan suku bunga acuannya. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebut, kondisi ini akan membuat probabilitas kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) meningkat.

"Secara umum tentu akan membuat probabilitas kenaikan BI 7DRR juga meningkat," ujar Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto kepada Alinea.id, Selasa (22/3).

Dia mengatakan, jika kurs rupiah masih stabil di range target, maka waktu untuk meningkatkan suku bunga acuan BI akan dilakukan saat inflasi di atas target.

"Timing peningkatan bunga acuan BI ini sepertinya baru akan dilakukan ketika inflasi sudah berada di atas target BI," katanya.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, suku bunga The Fed diperkirakan akan terjadi tujuh kali dari perkiraan awal lima kali. Kondisi ini berdampak pada kenaikan suku bunga global dan persepsi risiko global.

"Ini mempersulit negara berkembang untuk pulih karena harus atasi dampak dari ketidakpastian dan suku bunga global," katanya.

Selain potensi The Fed yang agresif menaikkan suku bunga, menurutnya, tantangan lain dalam pemulihan ekonomi adalah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global. Ketidakseimbangan ini terjadi karena kemampuan untuk pulih dari Covid-19 tidak seimbang.

Di negara maju, vaksinasi bisa dilakukan dengan cepat. Stimulus besar-besaran juga dikeluarkan, seperti stimulus fiskal dan moneter.

Sponsored

Kondisi berbeda terjadi di negara-negara berkembang yang kemampuannya terbatas. Banyak negara berkembang yang kemampuan membeli vaksin dan langkah-langkah menangani Covid-19 terbatas.

"Stimulus fiskal dan moneter juga terbatas, belum lagi banyak negara berkembang khususnya di Afrika terbebani utang. Inilah ketidakseimbangan ekonomi global," ujarnya.

Lalu, dampak luka memar atau scarring effect. Menurutnya, scarring effect ini mempengaruhi banyak korporasi di dunia. Sehingga, berdampak pada pemulihan ekonomi dan di banyak negara berkembang pemulihan dunia usaha adalah isu yang harus diatasi.

Selanjutnya, masalah lainnya adalah ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina, sehingga berpengaruh pada pemulihan ekonomi global. Kenaikan harga komoditas tidak hanya terjadi pada energi, namun juga pangan.

Berita Lainnya
×
tekid