sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Transformasi UMKM selama pandemi dan e-commerce favorit seller

Tokopedia menjadi e-commerce paling populer di kalangan penjual.

Annisa Saumi
Annisa Saumi Sabtu, 14 Agst 2021 18:35 WIB
Transformasi UMKM selama pandemi dan e-commerce favorit seller

Pandemi membuat digitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi tak terelakkan.

Berdasarkan catatan Indonesia E-Commerce Association (idEA), sebelum pandemi, 8 juta UMKM terhubung ke ekosistem digital. Jumlah tersebut dicapai dalam waktu delapan hingga 10 tahun.

Ketika pandemi, jumlah UMKM yang bergabung ke ekosistem digital e-commerce melesat 6,6 juta menjadi 14,6 juta dalam waktu 1,5 tahun.  

Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki menuturkan, bertambahnya jumlah UMKM yang masuk ke e-commerce tersebut menghapus kekhawatiran dari riset Asian Development Bank (ADB) yang memprediksi separuh UMKM di Indonesia akan gulung tikar akibat pandemi.

"Dari survei terakhir BPS (Badan Pusat Statistik) dan Mandiri Institute di kuartal I-2021, UMKM sudah mulai ada pemulihan," kata Teten, dalam webinar Mendorong Transformasi Digital UMKM Melalui E-Commerce, Jumat (14/8).

Dia melanjutkan, meningkatnya jumlah UMKM yang masuk ke ekosistem e-commerce disebabkan situasi yang mendorong pelaku segera melakukan adaptasi digital. Tren ini diprediksi akan semakin kuat karena belanja di platform online bisa semakin murah.

"Target kami di 2024 ada 30 juta UMKM yang terhubung platform digital," tutur dia.

Ilustrasi. Foto Pixabay.

Sementara Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menyebut digitalisasi UMKM masih terbilang kecil, yaitu hanya 13% dari total UMKM yang ada. Dari jumlah tersebut, mayoritas UMKM merupakan pedagang atau tidak memproduksi sendiri barangnya. 

"UMKM yang banyak masuk di digital itu lebih banyak sebenarnya UMKM yang berdagang. Jadi, kalau mau lihat barang dari yang dijual UMKM yang ada di e-commerce itu banyak yang sama, tinggal persaingan harga di antara mereka," ucap dia

Mencari e-commerce terbaik

Sponsored

Menurut riset dari Tempo Data Science, 93% UMKM yang bergabung menjadi seller merasakan adanya kesempatan yang lebih luas dari e-commerce dan 64% penjualan mereka mengalami peningkatan.

Salah satu pelaku usaha yang masuk ke ekosistem digital, Sovlo Indonesia menyampaikan merasakan dampak positif dengan bergabung bersama e-commerce. CEO dan Founder Sovlo Indonesia Lidya Valensia mengaku sempat kebingungan akibat pandemi di tahun lalu. Omzet usahanya merosot hingga 70%.

"Selama WFH (work from home), kami berpikir enggak mungkin orang keluar rumah untuk belanja. Akhirnya karena WFH itu, kami berpacu dengan waktu, mulai membangun brand ritel pertama kami, Sovlo, kepanjangan dari souvenir lokal," kata dia.

Pihaknya juga memanfaatkan platform e-commerce selama pandemi. Lidya berjualan pertama kali di Tokopedia dan mendapatkan penerimaan yang sangat baik dari konsumen.



Sebagaimana diketahui, UMKM yang masuk ke ekosistem digital memiliki banyak pilihan platform e-commerce, mulai dari Tokopedia, Shopee, Blibli, Bukalapak, Lazada, hingga JD.ID.

Data Analysis Tempo Data Science AI Mulyani mengatakan, pihaknya melakukan riset ke penjual-penjual di platform e-commerce. Riset tersebut mencoba mengukur kualitas e-commerce, dari perspektif seller atau penjual.

Dari sisi awareness terhadap nama e-commerce, Tempo Data Science mengukur beberapa indikator seperti top of mind, spontaneus, dan aided. Dari sisi ini, 88% penjual sudah mengenal enam nama e-commerce yang disebutkan di atas.

Tokopedia menjadi e-commerce paling populer di kalangan penjual. Sebanyak 35% penjual menyebutkan nama Tokopedia sebagai e-commerce yang dikenal pertama kali.

Infografik e-commerce pilihan UMKM. Alinea.id/Muji Prayitno.

Tempo Data Science juga mengukur e-commerce yang menghasilkan penjualan terbesar. Sebanyak 36% seller memilih Tokopedia, kemudian 32% seller memilih Shopee, dan 14% seller memilih Bukalapak.

"Kemudian siapa e-commerce yang berkontribusi terhadap frekuensi penjualan transaksi tersering? Sama. Transaksi juga hampir sebanding, hampir sama nilainya. Tokopedia dipilih 36% menempati posisi utama, kemudian Shopee 33%," ucap dia.

Kemudian, untuk penilaian aplikasi, hampir semuanya dinilai cukup bagus. AI menuturkan, penilaian ini didasarkan pada tiga atribut, yaitu tingkat kemudahan menggunakan, manfaat yang didapat dari aplikasi, dan desain layout aplikasi.

"Tokopedia juga menempati posisi tertinggi, yakni 4,16, di atas dari Shopee 4,14. Mereka selalu menempel ya," ujar dia.

Kemudian, Tempo Data Science juga mengukur e-commerce terbaik bagi UMKM. Ada empat atribut dalam pengukuran ini, yaitu siapa e-commerce yang mendongkrak atau memperluas akses pasar, bagaimana e-commerce memberikan efektivitas iklan atau campaign yang disediakan, dukungan dan kemudahan bagi produk atau UMKM lokal, dan edukasi ke seller. 

Dari tiga atribut, nilai paling baik dicapai oleh Tokopedia, yaitu dalam hal mendongkrak atau memiliki akses pasar, membuka pasar, edukasi dan pendampingan, serta mendukung UMKM lokal. 

Infrastruktur jadi kendala

Sementara itu, Aviliani melihat, saat ini pemerintah membutuhkan berbagai cara untuk meningkatkan kelas UMKM agar bernilai tambah, dan terhubung dengan rantai pasok.

Jumlah pengguna internet di Indonesia periode 2019-2020 (kuartal II). Alinea.id/Oky Diaz.
Menurutnya, UMKM masih menghadapi masalah infrastruktur digital. Dia melihat, akses internet di tingkat kabupaten atau kota masih rendah.

"Jadi memang enggak mudah untuk meningkatkan digitalisasi begitu saja, karena pasar, bahkan di Jawa pun masih belum semuanya terkoneksi dengan internet bahkan telepon genggam," tutur dia.

Aviliani memandang hal ini merupakan pekerjaan rumah pemerintah untuk membangun infrastruktur.

Berita Lainnya
×
tekid