sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Usai rebound, IHSG diproyeksi bakal bullish

Setelah rebound, Indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksi bakal memasuki periode bullish seiring penguatan rupiah.

Eka Setiyaningsih
Eka Setiyaningsih Jumat, 07 Sep 2018 04:26 WIB
Usai rebound, IHSG diproyeksi bakal bullish

Setelah rebound, Indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksi bakal memasuki periode bullish seiring penguatan rupiah.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang memprediksi laju IHSG pada perdagangan akhir pekan, Jumat (7/9) akan bergerak pada rentang level 5.723-5.812.

"Pola piercing terbentuk atas IHSG mengindikasikan bullish reversal pada hari Jumat," kata dia saat dihubungi Alinea.id, Kamis (6/9).

Pada perdagangan Kamis (6/9), IHSG ditutup rebound dengan penguatan 1,63% ke level 5.776,1. Hal ini sekaligus membuat IHSG menguat kala bursa saham utama kawasan Asia kompak terjebak di zona merah.

Mengutip RTI indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,99%, indeks Shanghai China turun 0,47%, indeks Nikkei Jepang turun 0,41%, indeks Strait Times Singapura turun 0,36% dan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,18%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp9,11 triliun dengan volume sebanyak 9,38 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 424.383 kali.

Penguatan rupiah memotori aksi beli yang dilakukan investor. Rupiah menguat 0,3% di pasar spot ke level Rp14.885 per dollar AS. 

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono Widodo mengatakan, upaya pemerintah terkait pembatasan impor untuk menjaga rupiah sudah masuk di akal. 

Sponsored

Sehari sebelumnya, IHSG turun hingga lebih dari 3%, tertekan pelemahan rupiah yang nyaris menyentuh Rp15.000 per dollar AS.

Laksono menyebutkan penurunan indeks tersebut sepenuhnya berasal dari sentimen yang berasal dari luar negeri. Secara fundamental, sesungguhnya tak ada masalah.

"Kemarin di saat terakhir masuk juga investor domestik, jadi memang siklus seperti itu dan terpengaruh sentimen dari luar. Jadi diharapkan upaya pemerintah dalam menjaga nilai rupiah bisa memperbaiki kondisi pasar saat ini," kata Laksono di Gedung BEI, Kamis (6/9).

Pada kesempatan yang berbeda, Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada mengatakan, ada permasalahan struktural yang harus dibenahi secara makro fundamental sehingga investor tidak beralih dari Indonesia ke AS yang dinilai mulai membaik.

Kemudian, ditambah pandangan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga, menandakan inflasi akan naik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Sementara, Reza mengimbau agar investor tidak perlu panik dengan kondisi pasar yang fluktuatif ini. "Kalau dari emiten enggak ada masalah di mana kinerjanya masih terjaga, ya mestinya enggak usah panik jualan gitu," ujar Reza.

Menurutnya sentimen eksternal mempengaruhi sentimen internal yang menyebabkan indeks mengalami penurunan. Reza berharap agar kebijakan pemerintah lebih nyata untuk menahan pelemahan rupiah.

"Perkuat kerjasama dagang dengan negara lainnya untuk ekspor, meningkatkan cadangan devisa, pendalaman pasar lebih diperkuat, hingga perbanyak transaksi dengan mata uang rupiah," pungkasnya.

Waktunya borong

Secara terpisah, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan anjloknya IHSG pada perdagangan Rabu (5/6) disebabkan oleh pelaku pasar yang bersikap tidak rasional.

Menurutnya, pelemahan rupiah hingga level Rp14.900 per dollar AS menjadi sentimen buruk yang ditanggapi sangat berlebihan oleh para investor terutama investor domestik.

"Tidak rasional, that's the point. Seharusnya kan sadar investasi seperti apa, kenapa tidak lakukan investasi malah anda keluar, ini udah fit-in semua padahal," ujarnya.

Selaku otoritas, OJK memastikan bahwa gejolak yang terjadi pada pasar modal dalam negeri saat ini merupakan dinamika pasar.

Menurutnya, para pelaku pasar harus lebih memahami tujuan investasi yang dilakukannya selama ini. Mengingat positifnya kinerja berbagai emiten sejauh ini, dipastikan memberikan imbal balik yang maksimal ke depannya.

"Banyak perusahaan teman-teman analis dari pagi meyakinkan kemarin valuasi kita rendah, coba tolong ditulis saham-saham valuasi emiten kita price to book value (PBV) berapa, price earning (PE) berapa sekarang. Berarti kalau PE murah kondisi normal berburu kan, jadi sekarang udah di bawah kenapa orang enggak beli?" tambahnya.

Selain itu, OJK bersama dengan regulator pasar modal lainnya saat ini gencar melakukan pemahaman kepada para investor khususnya yang berada di berbagai daerah mengenai ketahanan pasar yang masih menguat.

Adapun, otoritas juga sangat terbuka dan memperbolehkan para pelaku pasar untuk melakukan short selling, bila kondisi pasar sedang mengalami tekanan selama mengikuti ketentuan dan peraturan yang ada selama ini.

"Itu semua harus terbuka ke BEI, karena itu merupakan salah satu strategi. Perencanaan kami ya kami ke pasar secara langsung jelaskan juga instrumen investasi itu bukan hanya saham, tapi reksa dana dan produk lainnya," pungkasnya.

Berita Lainnya
×
tekid