close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Sejumlah warga memilah limbah plastik dari tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (10/1/2019). Antara Foto
icon caption
Sejumlah warga memilah limbah plastik dari tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (10/1/2019). Antara Foto
Bisnis
Selasa, 15 Januari 2019 15:51

Warga miskin di Banten bertambah jadi 738 ribu orang

Komoditi makanan terhadap garis kemiskinan ternyata jauh lebih besar dibandingkan komoditi non makanan.
swipe

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, angka kemiskinan di Provinsi Banten melonjak sebesar 0,01%. Artinya, penduduk miskin di wilayah tersebut bertambah menjadi 738 ribu orang per September 2018 dari sebelumnya 668 ribu orang. 

Sementara persentase penduduk miskin di perkotaan turun dari 4,38% menjadi 4,24%. Kemudian persentase penduduk miskin di pedesaan naik dari 7,33% pada Maret menjadi 7,67% pada September 2018.

“Selama 6 bulan terjadi peningkatan sebesar 0,01%. Penduduk miskin di perkotaan mengalami penurunan, sedangkan di pedesaan mengalami peningkatan,” kata Kepala BPS Banten, Agoes Soebeno, di Kantor BPS Banten, Kota Serang, pada Selasa (15/1).

Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan ternyata jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi non makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan. Pada September 2018 sumbangan makanan terhadap garis kemiskinan tercatat sebesar 71,60%.

Adapun jika dilihat dari wilayah pedesaan, beras menjadi penyumbang terbesar terhadap garis kemiskinan dengan torehan angka 25,51%. Kemudian disusul rokok kretek filter 10,06%, telur ayam 3,36%, daging ayam 2,21%, mie instan 2,13% dan gula pasir 2,84%.

Sementara komoditi non makanan, penyumbang terbesar garis kemiskinan yaitu disebabkan karena biaya perumahan dengan angka 7,26%, bensin 3,65%, listrik 2,05%, pendidikan 1,19%  dan perlengkapan mandi 1,05%.

Meningkatnya penduduk miskin tersebut diperparah dengan angka pengangguran di Provinsi Banten. BPS Banten mencatat, pada Agustus 2018 angka pengangguran di Banten mencapai 8,52%.

Angka pengangguran tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka pengangguran nasional. Tingginya angka pengangguran di Provinsi Banten itu, disebabkan karena banyaknya migran yang berdatangan ke Banten lantaran lapangan pekerjaan menarik minat migran untuk masuk.

Itu terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi di Banten yang saat ini sangat tinggi, yaitu sebesar 5,89%, di atas rata-rata capaian nasional sebesar 5,17%.

“Yang mencari pekerjaan tidak semuanya terserap oleh pasar, sehingga menambah jumlah pengangguran di Banten,” ujar Agoes.

Sementara secara umum, pada periode 2003–September 2018 tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan baik dari sisi jumlah maupun persentase. Perkecualian pada 2006, September 2013, dan Maret 2015. Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode tersebut dipicu oleh kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak.

Persentase dan jumlah penduduk miskin menurut pulau pada September 2018 terlihat, penduduk miskin terbesar berada di wilayah Pulau Maluku dan Papua, yaitu sebesar 20,94%. Sementara itu, persentase penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan, yaitu sebesar 5,98%. Dari sisi jumlah, sebagian besar penduduk miskin masih berada di Pulau Jawa (13,19 juta orang) sedangkan jumlah penduduk miskin terendah berada di Pulau Kalimantan (0,97 juta orang).

Untuk diketahui, garis kemiskinan pada September 2018 adalah sebesar Rp410 .670 per kapita per bulan. Dibandingkan Maret 2018, garis kemiskinan naik sebesar 2,36%. Sementara jika dibandingkan September 2017, terjadi kenaikan sebesar 6,07%. 

img
Eka Setiyaningsih
Reporter
img
Khaerul Anwar
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan