sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Venezuela tangkap 6 orang terduga percobaan pembunuhan Presiden Maduro

Menurut Menteri Dalam Negeri Venezuela Nestor Reverol, mereka yang ditangkap didakwa dengan atas terorisme dan pembunuhan.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 06 Agst 2018 12:57 WIB
Venezuela tangkap 6 orang terduga percobaan pembunuhan Presiden Maduro

Enam orang ditangkap dalam upaya pembunuhan terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro di Caracas pada Sabtu (4/8).

Presiden Maduro dilaporkan selamat setelah sejumlah drone yang dipersenjatai dengan bahan peledak diterbangkan ke arahnya selama dia melakukan pidato dalam parade militer untuk memperingati hari jadi ke-81 Pengawal Nasional Venezuela. Dia menuding, serangan tersebut didalangi oleh kelompok sayap kanan dan Presiden Kolombia Juan Manuel Santos.

"Mereka yang ditangkap didakwa terorisme dan pembunuhan," ungkap Menteri Dalam Negeri Venezuela Nestor Reverol seperti dikutip dari CNN, Senin (6/8).

Reverol mengatakan, salah satu dari mereka yang ditahan diduga terlibat dalam serangan ke pangkalan militer di Valencia pada Agustus 2017. Sementara seorang lainnya, pernah ditangkap selama protes anti-pemerintah pada 2014. Reverol menuturkan, dia tidak menyampingkan kemungkinan penangkapan lebih lanjut.

Penyerang menggunakan dua drone DJI M600 yang masing-masing membawa 1 kilogram peledak C-4, jelas Mendagri Venezuela. Dia menjelaskan lebih lanjut, bahan peledak dapat menyebabkan kerusakan dalam radius 50 meter dan pihak intelijen dapat segera mengidentifikasi lokasi peluncuran drone.

Salah satu drone terbang di atas panggung kepresidenan dengan tujuan untuk diledakkan oleh para penyerang, tetapi dia mengatakan pihak berwenang dapat menyebabkannya kehilangan kendali dan meledakkan di luar daerah yang ditargetkan oleh para penyerang. Reverol mengatakan drone kedua kehilangan kendali dan jatuh ke sebuah gedung apartemen dan meledak di lantai pertama.

Tujuh anggota Pengawal Nasional dilaporkan terluka atas serangan drone ini.

Jaksa agung Venezuela, Tarek William Saab, mengatakan dia telah memerintahkan penyelidikan atas insiden itu dengan menugaskan tiga jaksa penuntut.

Sponsored

Sementara itu, Maduro yang muncul di TV nasional beberapa jam pasca-insiden  mengatakan, kelompok sayap kanan jauh Venezuela bekerjasama dengan kelompok sayap kanan jauh Kolombia dan Presiden Santos untuk melancarkan serangan itu. Dia juga menyalahkan orang-orang Venezuela yang tinggal di Amerika Serikat.

"Penyelidikan awal menunjukkan bahwa banyak dari mereka yang bertanggung jawab atas serangan itu, para pemodal dan perencana, tinggal di Amerika Serikat (AS) di negara bagian Florida," kata Maduro.

"Saya harap pemerintah Trump mau melawan kelompok-kelompok teroris yang melakukan serangan di negara-negara damai di benua kami, dalam hal ini Venezuela."

Pemerintah Venezuela telah lama menyalahkan kelompok sayap kanan di Bogota dan Miami karena dianggap berusaha mencoba melemahkan Maduro. 

'Tingkat disfungsi yang cukup tinggi'

Melihat penyebaran militer yang seharusnya dilakukan dalam sebuah upacara yang dihadiri kepala negara, maka serangan terhadap Maduro menunjukkan adanya kegagalan dan disfungsi cukup tinggi, tutur David Smilde, seorang sosiolog di Tulane University.

Dengan pengecualian pengawal langsungnya, gambar insiden itu menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan pemerintah "untuk menjaga semua tetap pada tempatnya."

"Bagi tentara dan siapa pun yang menjalankan keamanan, itu adalah hari yang buruk," katanya.

Smilde mengatakan bahwa tampaknya para prajurit ada di sana karena mereka harus ada di sana.

"Tidak ada kepercayaan mendalam pada, atau kesetiaan kepada, pemerintah," katanya. "Jika hal seperti ini terjadi, mereka benar-benar akan menyelamatkan diri mereka terlebih dahulu."

Dalam beberapa tahun terakhir, ketika Presiden Hugo Chavez berada di puncaknya, ketidakmampuan ini tidak akan terjadi, kata Smilde. 

Chavez sendiri telah meninggal pada 2013. Dan jauh sebelumnya kematiannya, pendukung ideologinya, Chavismo, telah menurun sejak 2010.

Sokongan terhadap Maduro tak banyak. Di posisi-posisi penting, Maduro lebih memilih menempatkan loyalisnya dibanding orang-orang yang kompeten. "Suatu keadaan yang mengarah pada kehancuran pemerintah otoriter," kata Smilde.

Model pemerintah di Venezuela, kata Smilde, adalah model yang menekankan kesetiaan dan konsentrasi kekuasaan, bukan kompetensi, pendidikan, akuntabilitas dan transparansi.

Smilde mengatakan bahwa orang-orang yang kompeten dan pintar yang ia kenal 10 tahun lalu di pemerintahan Venezuela semuanya telah pergi atau mandek di tingkat menengah. Mereka yang telah naik ke posisi yang lebih tinggi tidak memiliki keterampilan, tetapi tahu cara menavigasi dan berkembang dalam sistem yang korup.

Dilansir kantor berita AFP, sebuah kelompok pemberontak sipil dan militer yang menamakan diri mereka "National Movement of Soldiers in Shirts" mengklaim bertanggungjawab atas serangan yang menargetkan Maduro. Belum ada respons atas klaim ini.

Adapun Kolombia membantah terlibat dalam serangan tersebut. Seorang pejabat senior Kolombia menegaskan bahwa tudingan Maduro "tidak berdasar." Hubungan kedua negara diwarnai ketegangan tinggi setelah Kolombia memutuskan untuk menyambut ribuan pengungsi Venezuela.

Bantahan senada juga dilontarkan oleh AS. "Saya dapat mengatakan dengan tegas bahwa tidak ada keterlibatan pemerintah AS dalam hal tersebut," jelas John Bolton, penasihat keamanan nasional Gedung Putih dalam program Fox News Sunday seperti dikutip dari Reuters.

Bolton balik menuding, pemerintahan Maduro berada di balik insiden tersebut dengan tujuan tertentu. 

Berita Lainnya
×
tekid