Jepang: Korea Utara masih jadi ancaman serius

Kementerian Pertahanan Jepang baru saja merilis Buku Putih Pertahanan yang menyatakan bahwa Korea Utara masih menjadi ancaman terhadap keamanannya. 

"Kegiatan militer Korut merupakan ancaman paling serius dan mendesak yang dihadapi negara kami," demikian yang tercantum dalam Buku Putih Pertahanan Jepang yang dirilis pada Selasa (28/08).

Penilaian keamanan terhadap Korut dalam dokumen tersebut didasarkan atas janji yang disepakati antara Kim Jong Un dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam pertemuan bersejarah mereka di Singapura pada Juni lalu.

Trump memuji pertemuannya dengan Kim Jong-un sebagai suatu keberhasilan. Dalam pertemuan tersebut Trump setuju untuk menghentikan latihan militer bersama dengan Korea Selatan, dan di lain sisi, Kim Jong-un menegaskan janji untuk denuklirisasi.

Namun, negosiasi tersebut terhenti menyusul sikap masing-masing pihak yang saling menuntut satu sama lain untuk mewujudkan konsesi yang telah mereka janjikan terlebih dulu.

Sementara itu, sejak KTT AS-Korea Utara di Singapura, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe telah menegaskan bahwa negaranya tidak akan mengubah pendirian militernya terhadap Korea Utara sampai dia melihat langkah-langkah yang konkret, tidak dapat diputarbalikkan, dan bisa diverifikasi.

"Kita perlu berhati-hati mengawasi Korea Utara untuk melihat tindakan nyata apa yang diperlukan untuk menanggalkan senjata nuklir dan misilnya," ungkap Buku Putih Pertahanan Jepang.

Buku Putih Pertahanan Jepang mencatat bahwa Korea Utara telah melakukan tiga uji coba nuklir dan meluncurkan 40 rudal balistik sejak awal 2016, beberapa di antaranya melewati Jepang tanpa izin.

Jepang mengatakan bulan lalu bahwa mereka berencana membeli dua sistem radar pertahanan udara Aegis Ashore dari AS untuk meningkatkan pertahanannya terhadap rudal Korea Utara. 

Selain membahas soal Korea Utara, Buku Putih Pertahanan Jepang juga mengurai masalah keamanan terkait kekuatan militer dan ambisi teritorial China yang semakin besar, serta niat Rusia untuk membangun kembali kekuatannya. 

Sumber : Reuters dan Kementerian Pertahanan Jepang