sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Sikapi perang dagang dengan AS, China rilis buku putih

Buku putih dirilis China untuk mengklarifikasi hubungan ekonomi dan perdagangannya dengan AS.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 24 Sep 2018 19:50 WIB
Sikapi perang dagang dengan AS, China rilis buku putih

China, pada Senin (24/9) merilis sebuah buku putih untuk mengklarifikasi fakta tentang hubungan ekonomi dan perdagangan Beijing-Washington, menunjukkan sikapnya terkait gesekan perdagangan antar kedua negara, serta mencari solusi yang masuk akal.

Di luar kata pengantar, buku putih yang terdiri dari 36.000 karakter tersebut memiliki enam bagian di antaranya adalah kerja sama saling menguntungan dalam bidang perdagangan dan ekonomi, klarifikasi fakta tentang hubungan perdagangan dan ekonomi China-AS, praktik proteksionisme perdagangan pemerintah AS, praktik perundungan perdagangan dari pemerintah AS, kerusakan akibat praktik yang tidak patut dari pemerintah AS terhadap perekonomian global, dan posisi China.

China adalah negara berkembang terbesar di dunia dan AS adalah negara maju terbesar, ungkap buku putih tersebut. "Hubungan ekonomi dan perdagangan antara China dan AS sangat penting bagi kedua negara serta bagi stabilitas dan perkembangan ekonomi dunia."

Buku putih menyebutkan bahwa kedua negara berada dalam tahap perkembangan yang berbeda dan memiliki sistem ekonomi yang berbeda. Oleh karena itu, gesekan yang terjadi alami. "Kuncinya, bagaimanapun, terletak pada bagaimana meningkatkan rasa saling percaya, meningkatkan kerja sama, dan mengelola perbedaan."

Dalam semangat kesetaraan, rasionalitas, dan bergerak untuk saling bertemu di tengah jalan, kedua negara telah menyiapkan sejumlah mekanisme komunikasi dan koordinasi seperti Komisi Gabungan Perdagangan, Strategi dan Dialog Ekonomi, serta Dialog Komprehensif, sebut buku putih Tiongkok.

Menurut buku putih China, masing-masing pihak telah melakukan upaya luar biasa selama 40 tahun terakhir untuk mengatasi segala macam hambatan dan menggerakkan hubungan ekonomi dan perdagangan ke depan, yang telah berfungsi sebagai pemberat dan baling-baling dari hubungan bilateral kedua negara secara keseluruhan. 

Buku putih itu mengungkapkan, kebijakan "America First" yang digaungkan Donald Trump sejak awal menjabat sebagai presiden telah membuat AS meninggalkan norma-norma dasar dari saling menghormati dan konsultasi setara yang memandu hubungan internasional Beijing-Washington.

"Sebaliknya, dengan berani telah mencetuskan unilateralisme, proteksionisme, dan hegemoni ekonomi, membuat tuduhan palsu terhadap banyak negara dan wilayah, khususnya China, mengintimidasi negara lain melalui langkah-langkah ekonomi seperti memberlakukan tarif, dan mencoba memaksakan kepentingannya sendiri di China melalui tekanan ekstrem," demikian pernyataan di buku putih China.

Sponsored

Laporan resmi China itu pun menekankan bahwa Tiongkok telah merespons dari perspektif kepentingan bersama kedua pophak serta tata perdagangan dunia, mengamati prinsip penyelesaian sengketa melalui dialog dan konsultasi, serta menjawab keprihatinan AS dengan tingkat kesabaran dan itikad baik tertinggi.

China merespons perbedaan-perbedaan sikap dengan mencari kesamaan sembari mengenyampingkan perbedaan, tulis buku putih. "Kami telah mengatasi banyak kesulitan dan melakukan upaya besar untuk menstabilkan hubungan ekonomi dan perdagangan China-AS dengan mengadakan putaran diskusi dan mengusulkan solusi praktis."

Namun, Tiongkok menilai bahwa sikap AS bertolak belakang dan terus-menerus menantangnya. "Akibatnya, perdagangan dan gesekan ekonomi antara kedua belah pihak telah meningkat dengan cepat dalam waktu singkat, menyebabkan kerusakan serius pada hubungan ekonomi dan perdagangan yang telah berkembang selama bertahun-tahun melalui kerja kolektif dari kedua pemerintah dan rakyat, serta menimbulkan ancaman serius terhadap sistem perdagangan multilateral dan prinsip perdagangan bebas."

Perseteruan AS dan Tiongkok tidak hanya menyangkut perang dagang, namun juga kebijakan Beijing yang membeli senjata dari Rusia, dan permintaan Washington agar kantor berita Tiongkok di wilayahnya mendaftar sebagai agen asing.

Perang dagang Tiongkok–AS dimulai setelah Trump mengumumkan niatnya untuk mengenakan tarif sebesar US$50 miliar untuk barang-barang Tiongkok di bawah Seksi 301 Undang-Undang Perdagangan 1974 pada 22 Maret 2018. Dia menyinggung riwayat praktik perdagangan tidak adil dan pencurian kekayaan intelektual yang disebutnya dilakukan China.

Sebagai pembalasan, pemerintah Tiongkok menerapkan tarif mereka untuk lebih dari 128 produk AS, termasuk terutama sekali kedelai, ekspor utama AS ke Tiongkok.

Putaran pertama, pada Juli, Gedung Putih memberlakukan tambahan cukai atas produk Cina senilai US$34 miliar. Kemudian di putaran kedua bulan lalu, perang dagang makin panas ketika AS menerapkan pajak sebesar 25% bagi berbagai produk Cina senilai US$16 miliar.

Beijing pun langsung melancarkan serangan balasan. Dan putaran terakhir tarif AS akan meningkat pada akhir tahun, dari 10% menjadi 25%. (Xinhua dan BBC)

Berita Lainnya
×
tekid