sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

PBB: Perempuan Rohingya jadi target perdagangan manusia

Sejak September 2017, IOM mengatakan telah mengidentifikasi 99 kasus perdagangan manusia yang menimpa warga Rohingya.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Kamis, 18 Okt 2018 14:37 WIB
PBB: Perempuan Rohingya jadi target perdagangan manusia

Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB (IOM) mengungkapkan bahwa sejumlah gadis pengungsi Rohingya dijual ke kamp kerja paksa oleh keluarga-keluarga putus asa di pusat-pusat pengungsian penuh sesak di Bangladesh.

Setidaknya sejak September 2017, IOM mengatakan telah mengidentifikasi 99 kasus perdagangan manusia. Mereka memperingatkan bahwa jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih besar.

Laporan IOM yang dirilis minggu ini mengungkapkan, dari para korban, 35 adalah para gadis dan 31 adalah wanita. Tiga puluh satu gadis dan 26 perempuan dewasa berakhir dengan kerja paksa.

"Kisah-kisah yang biasa kami dengar adalah orang-orang yang rentan didekati oleh pedagang dengan janji-janji palsu tentang pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik," ungkap juru bicara IOM Dinar Parmer. 

"Orang-orang mungkin sadar itu berbahaya, namun mereka merasa sangat putus asa sehingga bersedia mengambil tindakan ekstrem. Mungkin mengorbankan satu anggota keluar demi yang lainnya," imbuhnya.

Ada pun korban perdagangan manusia lainnya adalah 25 pria dewasa dan delapan anak laki-laki yang dipaksa bekerja. Lima wanita dan empat gadis berakhir dalam situasi eksploitasi seksual.

IOM mencatat bahwa Bangladesh telah melarang para pengungsi meninggalkan kamp atau melakukan pekerjaan lain selain berpartisipasi dalam program kerja tunai skala kecil yang dijalankan oleh lembaga-lembaga kemanusiaan.

Bangladeshi charity Young Power in Social Action (YPSA) berupaya meningkatkan kesadaran di antara para pengungsi akan bahaya perdagangan dan telah mengumpulkan laporan dari para pemimpin komunitas Rohingya, serta kelompok-kelompok lokal dan internasional.

Sponsored

"Lebih dari 1.000 telah diidentifikasi sebagai korban perdagangan manusia," jelas Jishua Barua dari YPSA. "Mereka putus asa untuk keluar dari kamp dan menghasilkan uang."

Keputusasaan itulah yang ditargetkan oleh pelaku perdagangan hingga mereka menawarkan transportasi dan kesempatan kerja.

Di antara kasus-kasus yang didokumentasikan IOM adalah seorang perempuan dipaksa untuk bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang untuk upah yang sangat kecil dalam industri pengolahan ikan. Sementara, anak perempuan dan perempuan muda digunakan sebagai pembantu rumah tangga.

Menurut PBB, lebih dari 900.000 warga Rohingya, etnis minoritas di Myanmar, tinggal di distrik Cox'x Bazar di Bangladesh. Sekitar 700.000 dari mereka tiba tahun lalu pasca-serangan militer mematikan yang diluncurkan tentara Myanmar.

PBB, Amerika Serikat, dan kelompok HAM telah menyatakan, warga sipil menjadi sasaran dalam serangan militer tentara Myanmar. Dalam laporan yang dirilis bulan lalu, misi pencari fakta PBB menegaskan bahwa para jenderal Myanmar, termasuk Panglima Tertinggi Min Aung Hlaing harus diselidiki dan dituntut atas dakwaan genosida di negara bagian Rakhine.

Myanmar membantah tuduhan tersebut.

Berita Lainnya
×
tekid