sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Kelompok Houthi siap gencatan senjata dengan koalisi Arab Saudi

Perang Yaman telah memicu krisis kemanusiaan, menempatkan delapan juta orang di ambang kelaparan.

Khairisa Ferida
Khairisa Ferida Senin, 19 Nov 2018 12:18 WIB
Kelompok Houthi siap gencatan senjata dengan koalisi Arab Saudi

Pemimpin kelompok pemberontak Houthi Mohammed Ali al-Houthi pada Minggu (18/11) mengumumkan, pihaknya siap untuk melaksanakan gencatan senjata, selama koalisi pimpinan Arab Saudi yang memerangi militannya di Yaman siap untuk melakukan hal yang sama.

"Kami bersedia untuk membekukan dan menghentikan operasi militer di semua lini untuk mencapai perdamaian yang adil dan terhormat jika mereka benar-benar menginginkan perdamaian bagi rakyat Yaman," ungkap al-Houthi, kepala Komite Revolusioner Tertinggi Houthi.

Al-Houthi juga menekankan bahwa pasukannya akan menghentikan peluncuran rudal dan serangan drone pada negara agresor Amerika Serikat dan Arab Saudi serta sekutu mereka di Yaman. Al-Houthi pun meminta pasukannya untuk menahan diri.

Dalam perang Yaman yang dimulai sejak 2015, AS mendukung koalisi pimpinan Arab Saudi.

Sebelumnya, tepatnya pada 30 Oktober lalu, Menteri Pertahanan AS James Mattis dan Kementerian Luar Negeri AS telah lebih dulu meminta pihak-pihak yang terlibat dalam konflik di Yaman untuk menyetujui gencatan senjata dalam 30 hari ke depan.

"Tiga puluh hari dari sekarang kami ingin melihat semua orang di berada di meja perdamaian berdasarkan gencatan senjata ... sehingga memungkinkan Utusan Khusus PBB Martin Griffiths untuk mengumpulkan mereka di Swedia dan mengakhiri perang ini," terang Mattis dalam sebuah kesempatan di US Institute of Peace di Washington. 

Menurut Mattis, pembicaraan tersebut harus mengarah pada penerapan langkah-langkah membangun kepercayaan untuk mengatasi isu-isu mendasar dari konflik, demiliterisasi perbatasan, dan pemusatan seluruh senjata besar di bawah pengawasan internasional.

Seruan serupa dilontarkan oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. "AS menyerukan semua pihak untuk mendukung Utusan Khusus PBB Martin Griffiths dalam menemukan solusi damai atas konflik di Yaman." 

Sponsored

"Konsultasi substantif di bawah utusan khusus PBB harus dimulai November ini di negara ketiga," tambah Pompeo.

Presiden Komite Penyelamatan Internasional David Miliband menyebut pernyataan Pompeo sebagai terobosan paling signifikan. "Sangat penting bahwa seruan gencatan senjata ini ditindaklanjuti, dan seruan bagi proses politik diindahkan." 

Pemerintah Trump telah dikritik oleh para aktivis dan sejumlah anggota Kongres AS atas dukungannya terhadap koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman, terutama terkait temuan bahwa pasukan koalisi tidak melakukan upaya yang cukup untuk menghindari jatuhnya korban sipil.

Pada awal bulan ini, AS mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi mengisi bahan bakar untuk pesawat Arab Saudi yang melakukan misi di Yaman. Langkah ini dinilai akan memiliki dampak minimal karena AS hanya mengisi bahan bakar bagi 20% dari sejumlah pesawat Arab Saudi.

Selain itu, militer AS juga membantu koalisi Arab Saudi untuk meminimalkan jatuhnya korban sipil. Intelijen AS pun menjaga serangan drone dan rudal lintas batas yang dilancarkan kelompok Houthi. 

Pekan lalu, koalisi pimpinan Arab Saudi menyetujui evakuasi anggota kelompok Houthi yang terluka dari Yaman, ungkap Kementerian Luar Negeri Inggris. Mereka menyebut peristiwa ini adalah sebuah terobosan untuk mewujudkan pembicaraan damai.

Perang Yaman telah memicu krisis kemanusiaan. Menurut Norwegian Refugee Council, delapan juta orang berada di ambang kelaparan. Para pejabat PBB mengatakan jumlah itu dapat dengan cepat meningkat menjadi lebih dari 12 juta, kecuali pertempuran dihentikan. (CNN)

Berita Lainnya
×
tekid