sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

1,7 juta orang ikut demonstrasi damai di Hong Kong

Banyaknya pemrotes yang hadir pada Minggu menunjukkan bahwa aksi unjuk rasa masih mendapat dukungan luas dari warga Hong Kong. 

Valerie Dante
Valerie Dante Senin, 19 Agst 2019 10:48 WIB
1,7 juta orang ikut demonstrasi damai di Hong Kong

Penyelenggara demonstrasi, Front Hak Asasi Manusia Sipil, memperkirakan lebih dari 1,7 juta pengunjuk rasa anti-pemerintah berdemonstrasi secara damai di Hong Kong pada Minggu (18/8). Itu adalah protes akhir pekan paling tenang sejak demonstrasi dimulai pada Juni.

Banyaknya pemrotes yang hadir pada Minggu menunjukkan bahwa aksi unjuk rasa masih mendapat dukungan luas dari warga Hong Kong. 

"Saya percaya jumlah demonstran sebenarnya jauh lebih besar dari 1,7 juta," kata salah satu anggota Front Hak Asasi Manusia Sipil, Jimmy Sham Tsz-kit.

Sementara itu, polisi memperkirakan hanya sekitar 128.000 orang mengikuti unjuk rasa tersebut.

"Protes hari ini berjalan damai, seperti yang diminta Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam ... Lam harus menanggapi tuntutan kami untuk menunjukkan bahwa aspirasi damai dan rasional warga Hong Kong dapat didengar dan diterima," ujar Jimmy.

Pada awalnya polisi membatasi aksi itu hanya berjalan di Victoria Park, tetapi banyaknya orang yang datang mengharuskan pihak penyelenggara melebarkan unjuk rasa tersebut. Mereka mengatakan polisi menerima keputusan itu dan menganggap para demonstran tidak melanggar hukum.

"Pemerintah dan polisi menyatakan bahwa kami adalah perusuh. Unjuk rasa hari ini adalah untuk membantah tuduhan tersebut," kata seorang demonstran, Chris.

Para demonstran saling mengingatkan satu sama lain untuk menjaga agar aksi protes tetap berjalan damai. Seorang pemrotes meneriaki temannya yang mengejek polisi, "Hari ini adalah aksi damai, jangan jatuh ke dalam perangkap! Dunia mengawasi kita".

Sponsored

Menjelang malam waktu setempat, sejumlah demonstran mengimbau satu sama lain untuk pulang dan beristirahat.

Para pengunjuk rasa memegang spanduk bertuliskan, "Free Hong Kong" dan "Democracy now". Mereka mengenakan payung untuk melindungi diri dari hujan lebat. Sejumlah lansia dan keluarga yang membawa balita termasuk dalam kerumunan di Taman Victoria, Causeway Bay, tempat demonstrasi dimulai.

Beberapa pengunjuk rasa berbaris menuju pusat keuangan Hong Kong sembari meneriakkan yel-yel yang mendesak agar Lam mengundurkan diri.

"Hari ini panas sekali dan hujan turun dengan lebat. Tetapi kami harus berada di sini karena kami tidak punya pilihan lain," kata seorang siswa, Jonathan. "Kami harus terus berupaya sampai pemerintah akhirnya menunjukkan rasa hormat yang layak kami terima."

Seorang juru bicara pemerintah Hong Kong mengatakan, protes pada umumnya berjalan damai tetapi telah mengganggu lalu lintas.

"Yang terpenting saat ini adalah untuk memulihkan ketertiban sosial sesegera mungkin," kata dia. "Ketika semuanya tenang, pemerintah akan melakukan dialog yang tulus dengan publik untuk memperbaiki keretakan sosial dan membangun kembali keharmonisan."

Selain pengunduran diri Lam, demonstran menuntut RUU ekstradisi dicabut secara resmi, penghentian deskripsi protes sebagai "kerusuhan", penghapusan dakwaan terhadap mereka yang ditangkap, penyelidikan independen terkait dugaan kekerasan polisi, serta reformasi demokrasi.

Polisi mendapat kecaman karena menggunakan taktik yang semakin agresif untuk membubarkan demonstrasi belakangan ini. Pada Minggu, sejumlah demonstran membagikan balon yang menyerupai bola mata, merujuk pada cedera yang diderita seorang petugas medis yang terkena peluru pelet di mata.

Pada Sabtu (17/8), menurut pihak penyelenggara, demonstrasi pro-pemerintah dihadiri oleh 476.000 orang. Di lain sisi, polisi menyebutkan jumlah orang yang hadir hanya 108.000.

Berbicara kepada wartawan pada Minggu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan dia mendukung kebebasan dan demokrasi di Hong Kong dan beharap situasi dapat diselesaikan dengan cara kemanusiaan.

Beijing secara keras telah menentang serangkaian protes di Hong Kong, mereka menuduh negara-negara asing, termasuk AS, sebagai pihak yang mengobarkan api kerusuhan di kota itu.

Pekan lalu, pasukan paramiliter Tiongkok melakukan latihan keamanan di sebuah stadion olahraga di Shenzhen, kota yang berbatasan dengan Hong Kong. Banyak yang menganggap latihan itu sebagai peringatan dari China.

Beberapa hari pada pekan lalu, pengunjuk rasa menduduki Bandara Interasional Hong Kong, memaksa pembatalan hampir 1.000 penerbangan dan bentrok dengan polisi. Beijing menyamakan perilaku itu mirip tindakan terorisme.

Rencana protes lanjutan

Unjuk rasa dilaporkan belum berhenti dan akan kembali digelar pekan ini. Konsul Muda Penerangan dan Sosial-Budaya KJRI Hong Kong Fajar Kurniawan menyatakan bahwa pihaknya belum mengeluarkan imbauan terbaru bagi WNI di kota itu.

"Belum ada imbauan baru, imbauan kami masih sama. KJRI Hong Kong meminta WNI tetap berhati-hati dan menjauhi pusat dmeonstrasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," tutur Fajar kepada Alinea.id pada Senin. 

Kemarahan di Hong Kong meletus pada Juni sebagai bentuk penentangan atas RUU ekstradisi yang kini telah ditangguhkan pemerintah. Di bawah RUU tersebut, tersangka dapat diekstradisi untuk diadili di pengadilan China daratan.

Protes kemudian meluas menjadi kekhawatiran terkait penggerusan kebebasan yang dijamin berdasarkan formula "satu negara dua sistem" yang diberlakukan setelah Inggris mengembalikan Hong Kong ke China pada 1997. (Reuters dan South China Morning Post)

Caleg Pilihan
Berita Lainnya
×
tekid