sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

475 sekolah di Malaysia tutup akibat polusi udara

Sekolah ditutup agar pihak berwenang dapat bekerja membersihkan polusi.

Valerie Dante
Valerie Dante Selasa, 25 Jun 2019 17:48 WIB
475 sekolah di Malaysia tutup akibat polusi udara

Kementerian Pendidikan telah menutup 475 sekolah di distrik Pasir Gudang, Johor, Malaysia hingga Kamis (27/6) setelah limbah kimia menyebabkan polusi udara di daerah itu.

Sebanyak 475 sekolah di Pasir Gudang terdiri dari 111 SD dan SMP, tiga lembaga pendidikan tinggi, 14 sekolah swasta dan internasional, serta 347 TK swasta.

Pejabat Kementerian Pendidikan Malaysia Azman Adnan mengatakan sekolah akan ditutup agar pihak berwenang dapat bekerja membersihkan polusi.

"Semua kepala sekolah telah diperintahkan untuk memberi tahu seluruh siswa, guru, orang tua, dan staf mereka terkait penutupan sekolah," jelas Azman.

Hingga saat ini, lebih dari 100 siswa dari 30 sekolah telah terpengaruh polusi udara yang pertama kali muncul pada Kamis (20/6).

Menteri Besar Johor Sahruddin Jamal menjelaskan belum jelas apa yang menyebabkan para siswa terserang penyakit sesak napas dan muntah-muntah. Mereka semua yang mengeluh sakit telah dibawa ke rumah sakit.

Sahruddin menegaskan, penyakit akibat polusi udara kali ini tidak terkait dengan kasus serupa pada Maret.

"Semua limbah dari Sungai Kim Kim sudah dibersihkan. Penyebab kasus terakhir masih dalam penyelidikan," tutur Sahruddin.

Sponsored

Ini adalah kedua kalinya dalam tiga bulan pemerintah menutup sekolah di Pasir Gudang. Pada Maret, 111 SD dan SMP juga ditutup sementara akibat gas beracun yang berasal dari Sungai Kim Kim. Akibatnya, sekitar 4.000 orang yang mayoritas anak-anak jatuh sakit.

Aksi tegas

Pemerintah Malaysia bersumpah akan mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku di balik insiden polusi di distrik Pasir Gudang.

"Ini sangat disayangkan, insiden serupa seharusnya tidak terjadi lagi. Tetapi kita dapat melihat bahwa ada beberapa industri yang tidak mementingkan keamanan masyarakat. Itulah sebabnya kami harus mengidentifikasi siapa yang mencemari lingkungan di sana dan akan kami ambil tindakan tegas terhadap mereka," tutur Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pada Selasa (25/6).

Pada Maret, ribuan orang mengalami kesulitan bernapas, nyeri dada, dan muntah-muntah setelah 40 ton limbah kimia dibuang secara ilegal ke Sungai Kim Kim.

Petugas pemadam kebakaran dan petugas penyelamat mengidentifikasi setidaknya 15 jenis bahan kimia yang berbeda, termasuk hidrogen sianida yang tidak berwarna dan sangat beracun.

Pemerintah kemudian mendakwa tiga orang, dua warga Malaysia dan satu warga Singapura, sehubungan dengan insiden itu. 

Sejumlah korban yang terdampak pencemaran terbaru kesal dan bingung bagaimana kejadian serupa dapat terjadi hanya selang tiga bulan setelah kasus pada Maret.

Pelajar SMK Tanjung Puteri Resort, Noor Ameileyana Fadzlee, mengatakan dia sebelumnya dirawat di rumah sakit selama dua hari di Rumah Sakit Sultan Ismail karena kesulitan bernapas.

Ibunya, Herlina Muslimin, menuturkan dia cemas ketika mengetahui kondisi putrinya. "Setelah kejadian pada Maret, saya pikir ini tidak akan terjadi lagi."

Seorang pedagang di Pasir Gudang, Normah Ahmad, menyatakan kebingungannya mengapa peristiwa polusi udara terus terjadi.

"Ini memengaruhi mata pencaharian kami karena banyak orang menjadi takut untuk membeli makanan di daerah ini. Saya harap pihak berwenang akan menganggap masalah ini sebagai persoalan yang serius," ujarnya. (BBC dan The Straits Times)

Berita Lainnya
×
tekid